TRIBUNNEWS.COM, BRISBANE - Di tengah suhu dingin ekstrim hingga diprediksi mencapai -26 derajat celcius yang melanda Amerika Serikat dan sekitarnya, Australia malah dilanda cuaca panas yang membuat sekitar 100.000 ekor kelelawar jatuh dari angkasa dan mati.
Hewan-hewan itu dilaporkan mati akibat gelombang udara panas yang melanda Australia beberapa hari belakangan ini.
"Sangat mengerikan, cara yang mengerikan untuk mati," kata seorang pekerja konservasi, Lousie Saunders, seperti dikutip harian The Courier Mail.
"Suhu udara di atas 43 derajat celsius, dan mereka jatuh begitu saja. Kami kini memunguti bangkai kelelawar ini dan yang belum mati kami lakukan eutanasia," tambah Louise.
Para pakar kesehatan telah memperingatkan warga agar tidak memegang kelelawar yang jatuh itu karena khawatir akan penularan virus atau terkena gigitan jika hewan itu masih hidup. Setidaknya 16 orang menerima terapi antivirus setelah mereka melakukan kontak langsung dengan hewan-hewan itu.
"Jika Anda melihat seekor kelelawar yang tergeletak di tanah, jangan menyentuhnya agar tidak terkena risiko infeksi virus kelelawar Australia," kata pejabat kesehatan negara bagian Queensland, Dr Jeanette Young.
"Beberapa kelelawar memang terlihat sudah mati, padahal mereka masih hidup. Ketika seseorang berusaha memindahkan mereka, maka hewan itu akan menggigit atau mencakar. Kelelawar juga memiliki cakar di sayap mereka yang juga bisa menyebabkan luka," tambah Dr Jeanette.
Bau dari bangkai kelelawar yang bertebaran itu sudah mulai mengganggu warga di Brisbane dan beberapa kota lainnya. Pemerintah sudah mengerahkan petugas kebersihan untuk memungut ribuan bangkai kelelawar dari kawasan permukiman.