Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.CM,TOKYO - Seorang warga negara Indonesia (WNI) dianiaya di daerah lampu merah, hiburan malam terkenal Jepang, daerah Kabukicho Shinjuku Tokyo. Akibatnya WNI tersebut bernama IY usia 30-an, menjadi tak sadarkan diri cukup lama.
"Kejadian itu pertengahan Agustus tahun lalu," papar Ricky Suhendar, Konsuler Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Tokyo khusus kepada Tribunnews.com Selasa (4/2/2014) pagi ini.
Pihak KBRI dapat laporan telepon tanggal 15 Agustus 2013 dari pihak rumah sakit di Tokyo. Lalu mencari tahu kasus tersebut lewat sumber di kepolisian Shinjuku Tokyo.
"Menurut polisi dia dipukul sebenarnya hanya satu kali, telak sekali, kencang sekali, oleh seorang mafia China di sana. Tapi karena jatuh dan kepala langsung membentur trotoar jalanan di sana, maka IY langsung pingsan tak sadarkan diri lagi dan dibawa ke rumah sakit oleh entah siapa. Kami dapat telepon dari rumah sakit tanggal 15 Agustus malam hari," ungkapnya.
Penelusuran Tribunnews di Kabukicho mendapatkan berbagai informasi bahwa IY yang saat itu tinggal di sebuah hotel di Yokohama, iseng main ke Kabukicho ke sebuah tempat klub malam di sana, lalu bertengkar mulut dengan seseorang yang menurut polisi adalah orang China bukan orang Jepang. Di duga orang China tersebut adalah anggota Yakuza dari China. Orang tersebut tampaknya sudah kabur ke China dan polisi masih terus mencari dan menyelidiki lebih lanjut.
"Kami sudah minta resmi kepada kementerian luar negeri Jepang dan kepolisian Jepang agar dilakukan pengusutan lebih lanjut atas kasus tersebut karena ini menyangkut keselamatan warga negara asing. Pihak polisi pun mengatakan akan mengusut lebih lanjut kasus tersebut," ungkap Ricky lagi.
Dari pengalaman Tribunnews selama ini di Kabukicho, daerah tersebut memang dikuasai Yakuza tetapi sudah menggunakan tangan orang Korea dan China untuk mengatur pengoperasian sehari-hari. Uang disetorkan ke anggota Yakuza ke level yang lebih atas.
Keributan atau pertengkaran dan perkelahian biasanya terkait uang dan salah ucap. Pihak pembeli atau tamu biasanya sering tidak konfirmasi harga di klub malam. Begitu ditagih mahal, menjadi ribut dan terjadilah perkelahian.
Korban IY dibiayai separuh dari KBRI yang menghabiskan sekitar dua juta yen dan total seluruh biaya pengobatan mencapai sekitar 5 juta yen atau sekitar Rp600 juta. Sisanya dibayarkan oleh pihak keluarga IY
Sejak pertengahan Agustus hingga awal Desember IY dirawat di rumah sakit dan beberapa bulan tak sadarkan diri, tetapi saat pulang awal Desember 2013 sudah sadar diri, "Hanya saja agak lumpuh karena ada pembuluh darah otak yang pecah saat kejadian itu tampaknya," ungkap Ricky lagi.
Pulang ke Indonesia awal Desember 2013, IY dijemput oleh kakaknya dan pihak KBRI pun membantu menyiapkan semua kepulangan ke Indonesia tersebut sehingga lancar semua, lanjutnya lagi.
"Jepang kan katanya negara aman, tetapi ada kejadian yang mengerikan ini, hendaknya pihak polisi Jepang bisa lebih aktif lagi lah berjaga-jaga di tempat-tempat seperti itu sehingga bisa ikut cepat bergerak mengamankan dan membantu terutama orang asing yang berkunjung ke sana," papar Ricky lagi berharap.
Informasi Yakuza lengkap silakan akses www.yakuza.in