News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Raih Fukuoka Prize

Editor: Rendy Sadikin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Azyumardi Azra

Laporan Richard Susilo, Koresponden Tribunnews.com di Tokyo

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA, mantan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, menyabet penghargaan Fukuoka untuk bidang Akademik dan uang senilai 3 juta yen.

"Prestasinya di bidang pendidikan kami anggap sangat luar biasa, terutama di bidang pendidikan Islam, atau sebagai cendekiawan muslim, dia sangatlah berprestasi. Itulah sebabnya dia berhasil memperoleh hadiah tersebut," ungkap sumber Tribunnews.com, Rabu (11/6/2014).

Pria kelahiran Lubuk Alung, Padang Pariaman, Sumtera Barat, 4 Maret 1955 itu merupakan seorang akademisi muslim asal Indonesia. Azra--nama karibnya--juga dikenal sebagai cendekiawan muslim.

Ia juga terpilih sebagai Rektor UIN Syarf Hiayatullah Jakarta pada 1988 dan mengakhirinya pada 2006.

Pendiri sekaligus menjadi pemimpin redaksi Studia Islamika, sebuah jurnal Indonesia untuk studi Islam ini merupakan orang Asia Tenggara pertama yang diangkat sebagai Professor Fellow di Universitas Melbourne, Australia pada 2004-2009, dan anggota Dewan Penyantun (Board of Trustees) International Islamic University Islamabad Pakistan pada tahun 2004-2009.

Anggota dari Selection Committee of Southeast Asian Regional Exchange Program (SEASREP) yang diorganisasi oleh Toyota Foundation dan Japan Center, Tokyo, Jepang ini pernah menjadi profesor tamu pada University of Philippines, Philipina dan University Malaya, Malaysia keduanya pada tahun 1997.

Dengan demikian, Azra menjadi warga negara Indonesia keenam yang meraih penghargaan Fukuoka (Fukuoka Asian Culture Prize).

Sebelumnya adalah G.R.Ay. Koes Murtiyah Paku Buwono penerima Arts and Culture Prize 2012. Sebelumnya lagi adalah Pramoedya Ananta Toer, penulis yang menerima Grand Prize 2000; R. M. Soedarsono, menerima Arts and Culture Prize 1998; Koentjaraningrat, menerima Grand Prize 1995; dan Taufik Abdullah sebagai Historian, Social Scientist, menerima Academic Prize 1991.

Pemberian Fukuoka Prize diputuskan saat penyelenggaraan The Asian-Pacific Exposition "Yokatopia" tahun 1989. Lalu Fukuoka Prize pertama dimulai 1990. Diselenggarakan setiap tahun dan kini adalah Fukuoka Prize ke-25.

Aplikasi datang dari berbagai negara, jumlahnya ribuan. Lalu dipilih oleh tim penyeleksi terdiri dari para ahli berbagai negara termasuk juga dari Jepang dan ditentukanlah pemenang, baik Grand Prix, bidang Akademik, maupun bidang seni kebudayaan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini