TRIBUNNEWS.COM, YERUSALEM — Parlemen Israel, Selasa (10/6/2014), memilih Reuven Rivlin, politisi veteran dan pendukung gerakan perluasan permukiman Yahudi, sebagai presiden baru negara itu.
Pemilihan ini menempatkan sosok berpengaruh luas sekaligus penentang kehadiran negara Palestina merdeka sebagai kepala negara.
Rivlin yang mendapat dukungan dari Partai Likud akan berhadapan dengan presiden yang digantikannya, Shimon Peres, penerima Nobel perdamaian dan bintang di panggung internasional dalam upayanya membawa perdamaian antara Israel dan Palestina.
Jabatan presiden sebagai kepala negara lebih banyak terkait dengan seremonial. Namun, pandangan politik Presiden Israel akan mewakili negaranya dalam kancah internasional.
Penentangannya soal pembentukan negara Palestina bakal menempatkan Rivlin berhadapan dengan masyarakat internasional dan bahkan perdana menteri Israel selaku kepala pemerintahan.
Rivlin juga adalah sosok pendukung pembangunan perluasan permukiman Yahudi di Tepi Barat, di tanah yang diklaim sebagai bagian dari Palestina.
Soal Israel dan Palestina, Rivlin merupakan pengusul penyatuan khusus dengan kewarganegaraan bersama antara warga Israel dan Palestina tetapi ada dua parlemen terpisah sebagai wakil masing-masing.
Presiden di Israel seharusnya merupakan tokoh pemersatu yang menjadi pedoman moral bagi negara itu. Menyikapi kekontrasannya dengan Peres, Rivlin sebelumnya menyatakan bakal fokus pada urusan dalam negeri bila terpilih menjadi presiden menggantikan Peres.
"Kehendak rakyat terwujud," kata Rivlin setelah pemungutan suara, Selasa. Dia membantah spekulasi bahwa dia akan berang kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang sempat mencoba menghalangi pencalonannya.
Rivlin (74) adalah anggota parlemen dari sayap kanan Likud, yang sebelumnya pernah menjadi Ketua Parlemen dan menteri. Dia mengalahkan Meir Sheetrit, politikus veteran lainnya, dengan perolehan suara 63-53 dalam pemungutan suara rahasia di parlemen, Selasa. Tiga kandidat lain tersingkir pada putaran pertama pemungutan suara yang diikuti 120 orang anggota, Senin (9/6/2014).
Menggantikan Peres, Rivlin ibarat harus mengenakan sepatu yang sangat besar. Peres (90) adalah politikus dengan karier puluhan tahun yang telah menjadi pendukung vokal bagi perdamaian Israel dan Palestina, sebuah pengambilan posisi yang membuat kantor kepresidenannya terkenal di kalangan internasional.
Peres juga telah mengembalikan kehormatan jabatan Presiden Israel yang sebelumnya ternoda oleh pengunduran diri pendahulunya, Moshe Katsav, karena skandal seks. Katsav saat ini masih menjalani hukuman penjara karena kasus pemerkosaan.
Pemungutan suara untuk pemilihan presiden di parlemen Israel ini berlangsung dengan buruk, diwarnai umpatan, intrik politik, dan skandal yang memaksa kedua calon untuk turun tangan langsung.
Sementara itu, Netanyahu juga sudah membuat pukulan di depan publik selama masa kampanye, untuk menjegal pencalonan Rivlin.
Netanyahu dan Rivlin merupakan rival lama di Likud. Meski sebagian besar kekuatan politik ada di tangan perdana menteri, presiden Israel memiliki beberapa peran kunci di negara tersebut.
Salah satu peran krusial presiden Israel adalah memilih anggota parlemen alias Knesset, untuk membentuk koalisi mayoritas setelah pemilu.
Biasanya, pemimpin partai peraih kursi terbanyak di parlemen akan menjadi Ketua Knesset. Namun, dengan bertambahnya partai menengah di parlemen, presiden baru ini diperkirakan bakal memiliki pengaruh lebih besar dalam penentuan perdana menteri mendatang Israel.
Tiga kandidat presiden yang lebih awal tersingkir adalah mantan hakim agung Dalia Dorner, mantan Ketua Parlemen Dalia Itzik, dan penerima Nobel bidang kimia Dan Shechtman.