TRIBUNNEWS.COM, MELBOURNE - Perdana Menteri Tony Abbott mengatakan pemimpin muslim yang memboikot pertemuan dengannya mengenai UU Kontra Terorisme telah bersikap ‘bodoh’.
Sementara Komisioner Diskriminasi Rasial mengatakan warga berhak atas penjelasan Abbott mengenai istilah 'Tim Australia' yang digunakannya ketika memperkenalan UU Kontra Terorisme.
Setidaknya dua kelompok muslim memilih untuk tidak menghadiri pertemuan dengan Abbott di Melbourne, Rabu (20/8/2014) lalu, termasuk lembaga islam tertinggi di Victoria, Dewan Islam Victoria.
Abbott mengatakan semangat dari pertemuan itu sebenarnya sangat baik, meskipun hanya sebagian kecil saja yang memutuskan hadir dalam pertemuan itu.
"Sangat jelas hal yang paling penting adalah kesediaan untuk membicarakan masalah ini karena itu saya sangat kecewa ketika ada sejumlah kecil pemimpin muslim, pemimpin masyarakat yang saya kira telah bersikap bodoh dengan memboikot pertemuan tersebut,” kata Abbot di ABC Radio 774, Melbourne.
"Saya tidak yakin kalau hal seperti ini akan terjadi lagi karena tindakan itu terang-terang sangat disayangkan,’ tambah Abbott.
"Anda tidak bisa mengeluh ketika orang tidak bersedia berbicara dengan Anda, tapi ketika mereka menawarkan anda untuk berbicara lalu tiba-tiba mengatakan maaf kami tidak akan datang.”
Menurut Abbot pemimpin komunitas muslim mendukung seruannya agar seluruh warga Australia harus menjadi bagian dari ‘Tim Australia’, istilah yang pertama kali digunakan Abbott ketika mengumumkan UU Anti –Terorisme yang baru. PM Abbott meyakini kalau sikap ini cerminan dari mayoritas muslim di Australia.
"Salah satu Imam ternama di Australia mengatakan kepada saya di akhir pertemuan pertama kalau ‘dirinya merupakan bagian dari 'Tim Australia' dan ‘Anda Kapten Kami’,’ tutur Abbott.
"Saya tidak bisa membayangkan kalau komunitas muslim Australia menghendaki kapten yang lain namun demikian itulah yang dikatakan imam tersebut,” kata Abbott.