TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak, menyatakan masih ada harapan untuk menemukan kembali pesawat milik Malaysia Airlines berkode penerbangan MH370, yang hilang sejak 8 Maret 2014.
Dalam wawancara dengan Reuters di Dubai, Selasa (28/10/2014), Razak berharap penggunaan teknologi baru yang baru saja diterjunkan, bisa memberikan titik terang atas nasib pesawat tersebut.
Pencarian pesawat ini melibatkan tak kurang dari 12 negara, dengan upaya dilakukan dari darat, udara, hingga dasar laut. Meski demikian, pencarian belum juga berbuah hasil, sekalipun lokasi pencarian sudah dipersempit di kawasan selatan Samudera Hindia.
Tahap lanjutan pencarian pesawat tersebut dilakukan pada awal Oktober 2014. Kapal pencari Go Phoenix sudah berada di area pencarian, mengerahkan teknologi sonar.
"Kami telah menggunakan teknologi pencarian paling canggih saat ini, dengan biaya ditanggung Malaysia," kata Razak, dalam wawancara di sela Konferensi Keuangan Negara-negara Islam itu.
“Jadi, mari kita berharap dalam beberapa bulan ke depan ada hasilnya. Tapi jika Anda bertanya kepada saya berapa lama waktu yang diperlukan, tidak ada yang bisa memberikan jawaban itu,” lanjut Razak.
Sebelumnya, penyidik menyatakan berdasarkan sejumlah bukti bahwa rute pesawat diduga telah sengaja dialihkan dari rute Kuala Lumpur-Beijing, sebelum hilang dari radar.
Dalam wawancara ini, Razak mengingatkan komunitas penerbangan internasional untuk melengkapi pesawatnya dengan sistem pelacak dan teknologi lain, untuk mencegah misteri hilangnya MH370 terulang.
“Kemampuan pencarian pesawat harus dimanfaatkan. Dengan teknologi saat ini, Anda dapat melacak pesawat secara real time dan kemampuannya harus dimanfaatkan,” ujar Razak.
“Anda tidak dapat membiarkan seseorang mematikan sistem komunikasi, termasuk transponder. Dengan teknologi dan sistem pelacakan dewasa ini, kita dapat meningkatkan kemampuan pencatatan dalam kotak hitam serta memperpanjang waktu penyampaian tanda sinyal atau ping.”
Malaysia Airlines, dunia penerbangan, dan pemerintah Malaysia menghadapi pukulan telak sepanjang 2014, dengan hilangnya pesawat ini dan disusul jatuhnya pesawat MH17 di wilayah timur Ukraina pada 17 Juli 2014. (Dani Prabowo/Reuters)