TRIBUNNEWS.COM, AUSTRALIA - Para eksportir ternak sapi Australia tengah menghadapi tantangan berat dalam memenuhi permintaan yang luar biasa dari Indonesia, pada kuartal keempat tahun ini.
Harga yang tinggi telah membuat cadangan sapi dikeluarkan dari kandangnya dan mempengaruhi suplai ternak yang stabil mulai dari Queensland hingga ke Darwin.
Ketua Asosiasi Eksportir Ternak Wilayah Utara Australia yang baru, Andy Gray, mengatakan, sekitar setengah dari ternak sapi yang saat ini dikirim ke Indonesia, berasal dari Queensland.
“Ada banyak sapi yang diternakkan di Darwin dan sekitarnya. Uang yang dihasilkan dari ekspor ternak sapi sungguh menjanjikan dan ini mengundang perhatian para peternak dari berbagai penjuru,” ujarnya.
Pasokan yang meningkat membuat harga ternak sapi terkoreksi, yang kini telah melonjak ke kisaran 2,5 dolar (sekitar Rp 25 ribu) perkilogram. Sapi jantan yang dikirim ke Indonesia melalui Darwin kini dihargai 2,4 dolar perkilo dan sapi muda dihargai 2,2 dolar perkilonya.
Tak seperti pada kuartal sebelumnya, industri ternak sapi kini menghadapi situasi ‘gunakan atau hilang’ dengan izin kuartal keempat, dan tak akan menerima dispensasi untuk mengekspor sapi setelah 31 Desember 2014.
“Semua sapi yang meninggalkan Australia untuk dikirim ke Indonesia harus beres sebelum Natal. Kami mengharap akan ada banyak aktivitas selama bulan Desember mengingat para eksportir berlomba untuk memenuhi kuota yang mereka dapatkan,” tutur Andy.
Pada akhir Oktober, lebih dari 415.000 ekor sapi telah diekspor dari pelabuhan Darwin. Lebih dari 325.000 di antaranya dikirim ke Indonesia.