TRIBUNNEWS.COM - Hanya 12 persen warga Indonesia saat ini yang merasa bahwa hidupnya lebih buruk dibandingkan sebelumnya. 47 persen lainnya mengaku kehidupannya sama saja dan 41 persen yang merasa hidupnya jauh lebih baik.
Demikian disampaikan Michele Levine, CEO Roy Morgan Research, dalam konferensi tahunan Australia Indonesia Business Council di Melbourne pekan ini. Ia tampil dalam sesi pertama bersama CEO Bank ANZ Indonesia Joseph Abraham.
Konferensi yang dibuka Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop ini mengambil tema The Complementary Partnership: The importance od Indonesia & Australia achieving sustainable growth in The Asian Century."
Dalam presentasinya, Michele Levine, memaparkan hasil riset Roy Morgan hingga periode September 2014 atas sejumlah indikator, termasuk tingkat kepuasan hidup saat ini. Riset ini dilakukan dengan mengambil lebih dari 27 ribu responden yang tersebar di seluruh Indonesia.
Hasil riset Roy Morgan juga menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan konsumen Indonesia saat ini sangat tinggi, mencapai 161,18 poin. Indikator lainnya mengungkapkan bahwa konsumen Indonesia lebih menyukai produk buatan Jepang (sebesar 54% responden) dan produk buatan Australia (32 persen).
Michele Levine menyebutkan, jumlah kelas menengah berkisar 63 persen, dengan indikator memiliki TV, kulkas, sepeda motor dan mobil.
"Sebanyak 88 persen konsumen Indonesia memiliki HP, 87 persen memiliki sepeda motor, dan 8 persen memiliki mobil," jelas Levine sebagaimana dilaporkan wartawan ABC Farid M. Ibrahim.
Indikator lainnya menunjukkan 84 persen responden melihat korupsi masih merupakan problen utama yang dihadapi Indonesia. Terkait dengan ini, terdapat 45 persen yang menyatakan tidak percaya terhadap pemerintah.
Sementara itu CEO Bank ANZ Indonesia Joseph Abraham menyoroti upaya-upaya pemerintah untuk mengurangi biaya logistik yang persentasenya masih sangat tinggi terhadap GDP.
Sebelumnya Menlu Julie Bishop mengatakan, dalam membangun hubungan dengan Indonesia peran kalangan bisnis Australia sangat diperlukan. Ia mengutip laporan yang menyebutkan hanya sekitar 9 persen kalangan bisnis Australia yang memiliki operasi di Asia.
"Namun ada kemajuan, karena kita melihat perusahaan Australia, baik yang besar maupun kecil, giat menanamkan modalnya di Indonesia," kata Bishop.