TRIBUNNEWS.COM, PARIS - Perburuan aparat keamanan Prancis terhadap pelaku penyerbuan di kantor Charlie Hebdo berakhir dramatis.
Dua bersaudara yang melakukan serangan mematikan ke kantor mingguan, Charlie Hebdo, tewas dalam aksi baku tembak yang dilakukan dengan polisi anti-teoris yang menyerbu tempat persembunyian mereka, Jumat (9/1) waktu setempat.
Dalam serbuan kali ini, empat tawanan para teroris itu ikut tewas. Satu dari korban yang menjadi tawanan teroris tewas di sebuah supermarket Yahudi di Paris, Prancis.
Dilansir Reuters, aksi tersebut berlangsung di wilayah timur laut Paris dan di sebuah supermarket Yahudi dan merupakan satu dari upaya operasi tak terduga dalam upaya Prancis mengakhiri ancaman keamanan dalam negeru selama beberapa dekade terakhir.
Sebelum tewas, satu dari anggota bersenjata itu mengaku dirinya diberi dana oleh pihak Al Qaeda. “Orang ini gila, para fanatik ini, tidak ada hubungannya dengan agama orang Muslim,” demikian kata Hollande dalam pernyataan yang disiarkan di televisi.
Dalam sebuah rekaman suara yang diposting di YouTube dan merupakan suara dari cabang Al Qaeda di Yaman mengatakan serangan di Prancis ini merupakan upaya balas dendam karena menghina nabi-nabi.
Sheikh Hareth al-Nadhari mengatakan, “Beberapa orang di Prancis berlaku tidak sopan terhadap nabi utusan Tuhan dan sejumlah pasukan Allah mengajari mereka untuk bertingkah laku dan membatasi kebebasan berbicara,” demikian katanya.
Sementara itu, terlihat darah berceceran di atas kertas dan lantai yang penuh dengan jejak kaki, sebuah foto dirilis Daily Mail yang memperlihatkan kondisi mengerikan usai pembantaian yang dilakukan teroris di kantor mingguan, Charlie Hebdo.
Kondisi kantor itu porak-poranda dan para teroris itu menyerbu masuk ke kantor saat kru redaksi mendiskusikan sebuah konferensi mengenai rasisme.
Foto ini diambil di kantor Charlie Hebdo yang beralamat di No 10, Rue Nicolas-Appert bertempat di distrik bersejarah Le Marais di Paris.
Darah tergenang di mana-mana. Tampak jaket masih menggantung. Kertas bertebaran di atas lantai dan dipenuhi darah. Buku dan surat kabar juga terlibat berserakan di lantai. Foto ini dirilis oleh harian Le Monde.