TRIBUNNEWS.COM, INGGRIS - Jejak rekamnya bagus kala menjadi salesmen di sebuah perusahaan IT di Kuwait. Di usianya 21 tahun, Mohammed Emwazi, pria Inggris kelahiran Kuwait dan besar di Inggris, pernah didapuk sebagai pegawai terbaik.
Emwazi menghilang pada April 2010 ketika pulang kembali ke Inggris. Beberapa tahun setelahnya, ia teridentifikasi sebagai algojo Negara Islam Irak dan Suriah yang memenggal jurnalis asal Amerika Serikat James Foley.
Dalam sebuah tayangan video di You Tube, Emwazi mengenakan topeng dan memakai jubah hitam, yang khas ISIS. Sebagai eksekutor, namanya bukan Emwazi. Ia lebih dikenal sebagai Jihadi John oleh media Barat karena fasih berbahasa Inggris.
"Dia adalah karyawan terbaik yang pernah kita miliki," kata mantan bosnya. Saat itu Emwazi masih berusia 21 tahun. "Dia sangat baik dengan orang-orang. Tenang dan layak. Dia datang ke kantor dan memberi kami CV-nya."
Kehadiran warga London untuk datang dan bekerja di Kuwait jelas mengagetkan. Sementara banyak rekan-rekannya di kawasan itu akan mencari cara melakukan perjalanan ke arah yang berlawanan. Tapi Emwazi menghilang setelah mendapat penghargaan itu.
"Bagaimana mungkin seseorang yang tenang dan pendiam seperti dia menjadi orang yang kita lihat di berita? Hanya saja tidak logis bahwa ia bisa menjadi seperti ini," komentar mantan bosnya seperti dilansir The Guardian, Minggu (1/3/2015).
The Guardian juga telah memperoleh gambar terbaru Emwazi, sebelum dia bepergian ke Suriah untuk bergabung ISIS. Foto Emwazi atau Jihadi John diambil di Kuwait pada awal 2010.
Karena ulahnya tersebut, otoritas Kuwait meminta keterangan keluarga Emwazi, di antaranya ayahnya Jassem, ibu Ghaneyah, dan kakak tertua Omar.
Di Kuwait, Emwazi diberi masa percobaan tiga bulan dan mendapatkan 300 dinar Kuwait atau 657 poundsterling per bulan, ditambah 50 dinar atau 109 poundsterling, dan komisi lima persen dari pekerjaannya jika sukses.
Terang saja gaji yang didapat Emwazi tidak berlaku untuk standar perusahaan IT di Inggris khususnya dan Eropa pada umumnya. Ini yang membuat majikannya bingung kenapa Emwazi mau bekerja di perusahaan IT di Kuwait.
"Orang-orang Muslim dan Arab bepergian ke London atau Amerika, dan menetap dua tahun untuk mencari pekerjaan atau bahkan tempat tinggal. Ini membingungkan ku. Mengapa ia datang ke sini?" ujar seorang mantan bosnya.
Ia menduga Emwazi menghadapi beberapa masalah, mungkin keluarga, sosial atau psikologis. "Aku tidak benar-benar bertanya. Dia ingin memiliki pekerjaan yang baik (di London) dan menikah, tapi tak terlaksana sehingga itu menjadi masalah baginya."
Dari ribuan warga Inggris yang bepergian untuk berjuang dengan ISIS, Emwazi yang paling mencolok. Scotland Yard atau kantor kepolisian London, mengatakan setidaknya ada 60 wanita Inggris dan anak perempuan, termasuk 18 remaja, telah melakukan perjalanan untuk bergabung dengan ISIS.
Emwazi diyakini telah pergi Suriah pada 2013. Mantan rekannya di Kuwait City yang kembali bekerja pada Minggu setelah libur tiga hari, menemukan seorang yang pernah mereka rekrut, sekarang menjadi salah satu orang yang paling dicari di dunia.