Baca tanpa iklan
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Satu lagi orang Jepang berhasil mendapatkan hadiah Nobel Fisika 2015, Takaaki Kajita (56) bersama Arthur B. McDonald dari Kanada karena kontribusi yang luar biasa, mengubah identitas neutrinos.
Sebuah perubahan bentuk terbukti bahwa neitrinos ternyata memiliki massa.
Penelitian Kajita menemukan neutrinos dari atmosfir, bisa berubah antara dua identitas mengarah kepada detektor Super-Kamiokande.
Sedangkan penelitian Arthur membuktikan bahwa neutrinos dari matahari tidak menghilang dalam perjalanannya menuju bumi.
Tetapi kemudian tertangkap dengan identitas yang berbeda saat memasuki Sudbury Neutrino Observatory.
Kajita yang lulusan Universitas Saitama lulus tahun 1981 dan menerima gelar Doktor di Universitas Tokyo tahun 1986, melakukan eksperimenneutrino di Kamiokande dan juga melanjutkan ke ke detektor Super Kamiokande.
Sejak tahun 1988 bekerja buat lembaga penelitian Cosmic Radiation Research, University of Tokyo, dan menjadi Asisten Profesor tahun 1992 dan profesor penuh tahun 1999.
Lalu menjadi Direktur Center for Cosmic Neutrinos di Institute for Cosmic Ray Research (ICRR) tahun 1999. Kini dia berada di Institut Kavli untuk Fisika dan Matematik di Tokyo.
Pada tahun 1988 ia menemukan dengan tim nya, Kamiokande yang merupakan defisit neutrino muon neutrino di atmosfer, yang mereka sebut "atmosfer neutrino anomali" dan 1998 menelusuri osilasi neutrino .
Tahun 1989 diberikan penghargaan Bruno Rossi Prize dan tahun 2002 Panofsky Prize. Tahun 1987 diberikan hadiah Asahi Prize, sebagai bagian dari kehebatan Kamiokande.
Tahun 1999 mendapatkan Nishina Memorial Prize dan tahun 2013 mendapatkan Julius Wess Award.