TRIBUNNEWS.COM, ROMA - Meskipun masih terdapat beberapa kasus terkait dengan kebebasan beragama, namun pada dasarnya terdapat kemajuan yang sangat signifikan dalam kerukunan umat beragama di Indonesia.
Oleh karena itu para pemuka agama didorong untuk terus berpikiran positif dalam membangun kebersamaan perdamaian berdasarkan Pancasila.
Demikian diungkapkan oleh Ketua Forum Komunikasi Alumni Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (FORKOMA PMKRI) Hermawi Franziskus Taslim di depan ratusan anggota Ikatan Rohaniwan Rohaniwati Katolik Indonesia di Kota Abadi (IRRIKA), yang sedang melakukan studi di Italia, Minggu (25/10).
Melalui rilis yang masuk ke redaksi Tribunnews.com, beberapa tokoh bersama Taslim juga turut berbicara di Collegio St Petro, Roma itu, Ketua Gerakan Ekayastra Unmada (Semangat Bangsa), AM Putut Prabantoro.
Keduanya menjadi pembicara atas permintaan Ketua Presidium Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Mgr. Ignatius Suharyo, yang baru saja mengikuti Sinode Para Uskup Sedunia bersama Mgr Frans Kopong, Ketua Komisi Keluarga – KWI di Vatikan.
Kehidupan keagamaan, Taslim menjelaskan, harus dibangun dalam semangat kesetaraan dan saling menghormati.
Konflik agama tidak melulu selalu diawali dari persoalan agama itu sendiri tetapi dapat berawal juga dari persoalan sosial kemasyarakatan lainnya.
Oleh karena itu, Taslim menegaskan, para pemuka agama harus sering bertemu dalam konteks kebudayaan dan sosial dengan membangun aksi nyata.
Taslim mendorong para pemuka agama dan adat untuk menghindari dialog-dialog semu yang sifatnya seremonial belaka.
“Kita harus melakukan tindakan nyata di lingkungan di mana kita hidup dan sekaligus juga peka terhadap persoalan yang muncul di masyarakat sekitar. Persoalan muncul ketika para pemuka agama tidak peka terhadap dunia sekitar,” ujarnya.
Sementara itu, Putut Prabantoro meminta para rohaniwan-rohaniwati Katolik untuk tetap optimis dalam membangun persatuan bangsa melalui agama, budaya, suku dan adat istiadat.
Cara yang terbaik, Putut Prabantoro mengusulkan, para pemuka agama untuk menyosialisasikan pemikiran-pemikiran pluralisme dan nasionalisme dengan menulis di media masa.
“Mencerahkan kehidupan bersama dalam konteks kerukunan beragama harus dapat dipertanggungjawabkan secara publik."
"Dengan menulis di media masa, bangsa Indonesia akan tercerahkan dan sekaligus terdorong untuk membangun persatuan Indonesia sebagaimana dicita-citakan para pendiri negara."