TRIBUNNEWS.COM, PARIS - Presiden Perancis Francois Hollande bertekad akan memerangi terorisme tanpa belas kasihan sedikit pun.
Hal itu dikatakan kepada media setelah mengunjungi gedung konser Le Bataclan.
“Kita bersama yang melihat peristiwa mengerikan ini bertekad bahwa kita akan memerangi mereka dan perang ini tidak mengenal yang namanya belas kasihan," ucap Hollande.
"Teroris yang telah melakukan perbuatan sadis ini harus diberitahu bahwa mereka sedang berhadapan dengan Perancis, Perancis yang bersatu dan tidak akan menyerah begitu saja karena hal ini,” lanjut dia.
Hollande menyebut serangan ini sebagai horor. Hollande telah memutuskan untuk mengumumkan keadaan darurat yang pertama di negeri ini sejak Perang Dunia II.
Seluruh pasukan Perancis akan dikerahkan untuk menetralisir teroris yang berkeliaran dan memastikan keamanan negeri kembali dipulihkan, demikian Hollande menyatakan.
Dia juga telah memerintahkan militer untuk turun tangan di ibu kota Paris, berjaga-jaga untuk memastikan tidak akan ada serangan baru lagi.
Presiden dari Partai Sosialis ini juga secara implisit menyatakan tahu siapa dalang di balik serangan berdarah ini, namun dia tidak menjelaskan lebih jauh.
Dia meminta rakyat Perancis untuk memberikan kepercayaan penuh kepada militer maupun kepolisian Perancis untuk melindungi negara dari serangan teroris.
Bagi Presiden yang telah memimpin 3.5 tahun ini, teror ini merupakan yang kesekian sejak dia berkuasa tahun 2012 silam.
Sebelumnya, di awal tahun ini, serangan terjadi di kantor media satir, Charlie Hebdo pada 7-9 Januari 2015.
Serangan di Charlie Hebdo dilakukan dua orang bersenjata otomatis Kalashnikov menewaskan 12 orang, termasuk enam kartunis dan jurnalis dan juga dua pejabat polisi.
Pada 3 Februari, tiga tentara yang menjaga pusat komunitas Yahudi di Nice, French Riviera, diserang seorang pria dengan pisau.
Penyerang bernama Moussa Coulibaly, dari daerah pinggiran Paris ditangkap dan ditahan. Dia menyatakan membenci polisi, militer dan Yahudi Perancis.(Kontributor Singapura, Ericssen)