TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tubuhnya setinggi 180 cm dengan perawakan kurus dan berambut pirang. Bola matanya berkaca-kaca, tapi sesekali tersenyum ramah saat melayani pertanyaan wartawan yang datang ke kantornya, Kedutaan Besar Perancis di Jalan MH Thamrin Nomor 20, Jakarta Pusat pada Sabtu (14/11/2015) petang.
Dia adalah Gaspard Vignal, warga negara Perancis yang bekerja sebagai Atase Pers Kedubes Perancis di Jakarta.
Kedatangan para jurnalis Indonesia ke kantor Kedubes Perancis pada sore itu adalah untuk meliput keterangan pers dari Dubes Perancis, Corinne De Breuze terkait rangkaian serangan pemboman dan penembakan di Paris pada Jumat malam, yang menewaskan lebih 150 orang.
Tak banyak pernyataan disampaikan oleh Dubes Perancis terkait tragedi yang terjadi di negaranya itu. Sang Ibu Dubes hanya mengatakan, pemerintahnya telah menutup dan memperketat pengamanan di perbatasan negara pasca-tragedi Paris itu.
Dan pemerintahnya memberlakukan hari berkabung nasional selama tiga hari dan diikuti dengan penutupan seluruh kantor Kedubes Perancis dan instansi terkait di dunia.
Gaspard mengungkapkan, sejauh ini belum ada anggota keluarga dari staf Konjen dan Kedubes Perancis di Indonesia yang menjadi korban Tragedi Paris itu.
"Keluarga Ibu Dubes di sana juga tidak," ujarnya.
Meski begitu, serangan mematikan yang terjadi Paris itu membuat syok dan luka mendalam bagi seluruh staf Kedubes Perancis yang bertugas di Indonesia, termasuk sang dubesnya.
Bahkan, Gaspard dan sejumlah staf menggelar pertemuan dadakan bersama sang dubes di kantor Kedubes Perancis pada Sabtu siang. Bendera Perancis pun dipasang setengah tiang di kantor kedubes tersebut.
Secara pribadi, Gaspard mengaku sangat syok atas serangan teror mematikan yang terjadi di negaranya itu. Menurutnya, serangan tersebut paling mematikan dan keji setelah Perang Dunia ke-2 yang menimpa Perancis.
"Ini adalah serangan mematikan dan terbesar setelah Perang Dunia kedua. Sebelumnya serangan teror seperti itu belum pernah terjadi," ucapnya.
Seorang warga negara Perancis di Jakarta yang menolak menyebutkan namanya juga mengaku terkejut atas serangan yang terjadi di negaranya itu. "Tentu kami semua yang ada di Indonesia ini terkejut dan sangat terluka atas serangan itu," ujarnya.