TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemilik apartemen tempat pelaku serangan teror Paris bermalam sebelum melancarkan, serangan ternyata adalah seorang pembunuh dan pemimpin kelompok kriminal terkenal.
Jawad Bendaoud telah menginap selama empat hari berturut-turut di dalam tahanan otoritas Perancis.
Di hadapan polisi ia telah mengaku meminjamkan apartemen di utara St-Denis kepada tiga teroris pembantai 130 orang di Paris, pada 13 November 2015 silam.
Ketiganya yaitu, Abdelhamid Abaaoud, sepupunya Hasna Ait Boulahcen, dan seorang lainnya yang belum teridentikasi tewas ditangan pasukan khusus anti-teror Perancis dalam penggerebekan di apartemen mereka Rabu pagi.
Delapan orang ditangkap dalam operasi di hari Rabu, termasuk Bendaoud dan seorang wanita yang saat itu tengah bersamanya. Tujuh diantara mereka telah dilepaskan, dan hanya Bendaoud yang masih berada di dalam tahanan.
Menurut pemberitaan Dailymail, Senin (23/11/2015), di bulan November 2008, Bendaoud, yang kala itu berusia sekitar 30 tahunan, dijatuhi hukuman delapan tahun penjara karena membunuh seorang mahasiswa berusia 16 tahun menggunakan pisau daging.
Insiden itu terjadi akibat persoalan sepele yaitu berawal dari adu argumen mengenai ponsel. Bendaoud bersikeras bahwa dirinya hanya membela diri.
Korban bernama, David yang ternyata merupakan sahabat Bendaoud.
Insiden itu terjadi pada 26 Desember 2006, di Rue de Corbillion, St-Denis.
Ketika Bendaoud dibebaskan dari penjara pada September 2013, ibu David mengatakan Bendaoud berpotensi menyebabkan orang lain terluka.
Selepasnya dari rumah pesakitan, Bendaoud mengepalai kelompok kriminal Rue Corbillon. Kelompoknya melakukan bisnis ilegal perdagangan obat bius.
Seorang sumber menggambarkan Bendaoud sebagai orang yang kasar dan berbahaya. Dailymail