Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Para penari cantik ini ternyata memang masih memiliki cita rasa, pikiran, hati 100% Indonesia.
Bahkan kebahagiaan Dewi Silapalu Miyashita (45) yang suaminya (warga Jepang) kerja di Afrika, merasa paling bahagia kalau ada yang membawakan ikan peda dan combro dari Indonesia kalau ke Jepang.
"Saya pertama datang ke Jepang pertengahan 1997 bersama suami Jepang susah dapat teman orang Indonesia saat itu. Tapi kemudian kenalan dengan Sofia yang sama-sama suka tari, lalu kita sama-sama menarik di berbagai kegiatan yang ada di Jepang," papar Dewi khusus kepada Tribunnews.com belum lama ini.
Dewi mengaku tidak ada duka di Jepang, banyak sekali sukanya, "Tetapi kalau saya paling bahagia kalau ada yang bawakan makanan Indonesia ke Jepang karena saya suka makanan Indonesia terutama ikan peda dan combro, hehehehe," lanjutnya sambil tertawa.
Lalu apa tanggapan orang Jepang kalau melihat tariannya? Tampaknya beraneka ragam tanggapan. Namun ada juga yang mengatakan, "Chotto tariannya sedikit seksi ya terutama saat saya menari Yapong karya Bagong," tambahnya lagi.
Sementara Sofia Meda Kaunang (Sofia Sakurai) (51) juga suka kalau ada yang membawakan kerupuk dari Indonesia, apa itu kerupuk udang dan sebagainya.
"Saya juga senang makanan Indonesia karena jarang sekali ada di Jepang," paparnya pula.
Kedua orang ini bersuamikan orang Jepang, "Syukurlah suami kita semua sangat mendukung, apalagi suami saya sejak menikah sudah di wanti-wanti ayah saya, kalau Dewi mau menari jangan dilarang ya karena dia suka menari. Jadi suami saya sudah tahu banget mengenai saya suka menari," tambah Dewi lagi.
Baik Sofia maupun Dewi menari di Jepang selama sedikitnya 17 tahun, baik tari Jawa, Bali dan sebagainya. Bahkan ibu Sofia adalah guru tari.
"Tapi waktu kecil saya mungkin menggampangkan ya karena ibu saya sendiri guru tari. Saya menyesal juga mengapa tidak dari kecil belajar serius menari sama ibu saya ya," papar Sofia lagi yang ke Jepang sejak tahun 1987.
Namun sejak 17 tahun lalu setelah ketemu Dewi, Sofia merasa bahagia karena kesenangan menarinya bisa tumbuh kembali dan bisa belajar tari lagi dengan baik serta pentas di berbagai tempat.
"Bahkan saat kita pentas di rumah orang jompo ada yang pernah bilang, kita sangat bahagia tak apa sekarang menaninggal walau pun belum pernah ke Indonesia karena sudah lihat tarian Indonesia. Mungkin mereka dulu punya kenangan dengan Indonesia saat perang dunia kedua ya," jelas Dewi lagi mengenang komentar para orangtua jompa Jepang seusai mereka menari di sana.
Pada hakekatnya mereka menari untuk mempopulerkan budaya Indonesia di Jepang, "Kalau kita bisa membahagiakan orang jompo di Jepang, anak cacat dan sekolah pasti kita prioritaskan kita sudah bahagia bisa tampil di hadapan mereka sambil mempromosikan Indonesia," tambah Dewi lagi.
Mereka adalah para penarik Indonesia yang berdomisili di Jepang dan semuanya tergabung ke dalam Komunitas Budaya Indonesia di Jepang (KSBIJ) yang bertujuan untuk mempromosikan budaya dan seni Indonesia di Jepang dengan para member adalah para ahli atau spesialis seni dan budaya Indonesia yang ada di Jepang.
Kumpulan mereka bisa dilihat di Facebook yang dapat diakses gratis di: https://www.facebook.com/groups/budayaindonesiajepang/ dengan jumlah spesialis seni dan budaya Indonesia di Jepang saat ini 32 orang dan terus bertambah dari waktu ke waktu.