Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menunjuk Maha Abou-Shusheh ditunjuk sebagai Konsul Kehormatan Indonesia di Palestina.
Lalu siapa sosok perempuan kelahiran 1962 di Ramallah (Palestina) itu?
Dari penelusuran Tribunnews.com diketahui Maha Abu-Shusheh adalah Putri sulung keluarga religius di tepi Barat.
Bagian-bagian rumahnya pun dibagi-bagi menurut tradisi Islam, menjadi bagian untuk pria dan bagian untuk perempuan dan anak-anak.
Tetapi bagi ayahnya, aturan itu tidak berlaku bagi si sulung. Ada pengecualian untuk Maha.
"Aturan larangan itu berlaku untuk semua orang, tapi tidak bagi saya," kenang Presiden dan general manager dari Abu-Shusheh Trading Co, dealer Peugeot berbasis di Ramallah itu.
"Dan ayah adalah kepala keluarga dalam keluarga sehingga tak seorang pun bisa berdebat dengannya, meskipun itu tidak dapat diterima. Dan aku tidak pernah ditinggalkannya," timpalnya mengisahkan.
Abu-Shusheh (44) juga merupakan Ketua Dewan Ekspor Palestina dan masuk dalam top 50 pengusaha yang berpengaruh di Arab Saudi versi Forbes.
Luar biasanya dia adalah satu-satunya wanita dari tepi Barat dan Gaza yang masuk dalam daftar tersebut, yakni di masuk dalam urutan 49.
"Saya pikir mereka (Forbes) tidak serius," cerita dia kala teringat adanya panggilan telepon dari editor Forbes memberitahu dia masuk dalam seleksi.
Dia tidak pernah menganggap dirinya mampu menjadi bagian dari tokoh-tokoh yang ada dalam daftar Forbes, sebagai pebisnis besar.
Saat diwawancarai The Globe and Mail pada Maret 2006 lalu, ia katakan bahwa, "hari ini adalah hari yang baik. Karena bisa mengirim tiga mobil ke pelanggan setelah prosedur Bea dan keamanan terlewati pada pelabuhan Israel."
Tidak begitu mudah bagi perempuan sukses ini melakukan bisnis transaksi besar seperti yang dialami oleh miliarder Saudi seperti yanga da pada daftar Forbes.
Tiap kali ia harus melalui pemeriksaan ketat militer Israel kala mengirimkan logistik sederhana dan mobil dari pelabuhan melalui pos pemeriksaan militer ke tepi Barat.
Dia pun menghindari bepergian ke luar negeri karena prosedur keamanan yang sangat menyulitkannya bisa meninggalkan tepi Barat.
Peugeot Palestina mempekerjakan sekitar 120 orang. Kata dia jumlah ini turun dari 200 pekerja kala tahun 1990-an.
Penjualan pun, dia berkata, benar-benar jatuh ke hampir ketika pecahnya konflik di Tepi Barat di akhir tahun 2000.
Meskipun sulit, tahun lalu ia masuk dalam jajaran dealer terbaik.
"Di sini di negara ini kita tidak punya rencana. Satu-satunya aturan adalah untuk tidak memiliki rencana," katanya sambil tertawa masam.
Abu Shusheh telah menghabiskan sebagian besar kehidupannya dalam dunia bisnis.
Dia juga berterimakasih kepada ayahnya yang sangat membantunya sepanjang tahun-tahun awalnya dalam bisnis konstruksi jalan.
Delapan belas tahun yang lalu, dia dan suaminya mewarisi bisnis itu. Dan bisnis itu berkembang.
Dan berkat perjanjian Oslo Accord pun terbuka pintu bagi Palestina untuk mengimpor dan mengekspor barang-barang mereka sendiri.
Keputusan itu membuatnya dan suaminya mulai menjadi distributor Peugeot di Ramallah pada tahun 1996.
Dia juga membantu mendorong agar forum pengusaha Palestina memberikan dukungan bagi perempuan sebagai pengusaha di Ramallah.
"Pesan saya lebih ekonomis dibanding sosial," katanya.
"Saya percaya perempuan Palestina hanya ingin dorongan dan mungkin lebih dari dorongan--mereka membutuhkan pelatihan, mereka membutuhkan pengetahuan."
"Saya percaya pada kekuatan perempuan, saya percaya mereka memiliki kekuatan dan kemampuan dan potensi untuk melakukan sesuatu yang mereka ingin lakukan."
Atas sepak terjangnya yang luar biasa, Konsulat Jenderal Inggris, Dr Alastair McPhail mengunjungi Forum pengusaha Palestina di Ramallah. Saat itu Konjen bertemu dengan ketuanya Maha Abu Shousheh dan sejumlah pengusaha Palestina terkemuka.
Anggota Forum menggambarkan tantangan utama yang dihadapi dan keberhasilan mereka telah tercapai. Termasuk Abu Shoushen.
"Wanita Palestina sangat berkontribusi yang luar biasa bagi ekonomi Palestina. Dari konstruksi hingga kerajinan, teknik pemasaran, wanita membuat sistemnya sendiri. Saya sangat terkesan dengan kisah sukses yang saya dengar hari ini," apresiasi Konjen. (Berbagai Sumber)