TRIBUNNEWS.COM, KENTUCKY- Ribuan jemaah khusyuk mendoakan jenazah petinju legendaris dan pejuang kemanusiaan Muhammad Ali dalam ibadah salat jenazah di Freedom Hall Arena, Louisville, Kentucky, Kamis (9/6) waktu setempat atau Jumat kemarin.
Sesuai permintaan, salat jenazah untuk petinju legendaris itu dibuka untuk umat lintas agama.
Mereka datang dari segala penjuru untuk menghormati Ali yang meninggal dunia karena komplikasi penyakit Parkinson pada usia 74 tahun, Jumat pekan lalu.
Para jemaah yang berdoa secara terpisah, mengaku datang untuk menghormati tokoh yang mereka kagumi ini.
"Luar biasa bisa melihat orang-orang dari kebangsaan yang berbeda, kebudayaan, ras bahkan agama datang bersama melewati saat sedih ini,"kata Makeeba Edmund, seorang muslimah yang tinggal di Louisville.
Salah seorang jemaah, Babacar Gaye, 54, sengaja datang utuk menghormati Ali yang sudah dikaguminya sejak ia masih tinggal di Dakar, Afrika.
"Saya ingat kami sekitar 60 orang menyaksikan pertarungan (Ali) melalui televisi hitam putih," katanya.
Lahir sebagai Cassius Marcellus Clay Jr, petinju besar ini memeluk Islam dan mengganti nama menjadi Muhammad Ali pada 1964.
Keputusan ini langsung menimbulkan dampak kebencian terhadap dirinya.
Ia kemudian tersandung kasus penolakan wajib militer dan bertempur di Vietnam yang membuat ia dilarang bertarung selama tiga tahun.
Freedom Hall Arena adalah tempat Ali terkahir kali bertarung di kota kelahirannya. Saat itu ia me ngalahkan Willi Besmanoff pada 29 November 1961.
Freedom Hall secara khusus dipilih sebab lokasi itu merupakan tempat Ali terakhir bertarung sebagai petinju di Louisville pada 1961.
Sebanyak 16 ribu tiket disediakan untuk publik yang ingin mengikuti ibadah tersebut, yang dibuka untuk umat lintas agama.
Pihak penyelenggara mengatakan bahwa Ali memang telah berpesan, dirinya ingin dimakamkan secara Islam.