TRIBUNNEWS.COM, ISLAMABAD - Lantaran sebuah gereja di Pakistan hancur oleh badai, Muslim di sebuah desa urunan untuk membangun gereja baru.
Warga muslim di desa Khalsabad, Gojra, Pakistan, berinisiatif menggalang dana untuk membangun gereja baru bagi umat Kristen di desa itu.
Sejauh ini telah terkumpul dana sekitar Rp 5,3 juta, hasil urunan dari warga muslim di desa tersebut.
Dari yang berprofesi sebagai petani, hingga pengusaha, semua menyumbang sesuai dengan keadaan ekonominya masing-masing.
Menurut seorang warga muslim yang ikut urunan untuk pembangunan gereja, Dilawar Hussain, dirinya percaya bahwa Tuhan adalah esa.
"Gereja juga adalah rumah Tuhan, yang Maha Esa dan sama-sama disembah oleh umat Islam," kata Hussain.
Seorang muslim lain yang ikut menyumbang, Mian Ejaz, mengatakan umat Kristen di desa itu sudah lama menginginkan sebuah bangunan gereja.
"Di desa ini sudah ada empat masjid, tapi tak ada tempat beribadah untuk umat Kristen, karena banyak dari mereka miskin dan tak mampu," kata Ejaz.
"Lagian, umat Kristen di Eropa sudah membantu banyak pengungsi muslim Timur Tengah, jadi anggaplah ini balas budi dari muslim," ujarnya.
Inisiatif itu direspons positif oleh umat Kristen di desa itu, yang mengaku sangat bersyukur atas bantuan yang diberikan.
"Awalnya saya tak percaya ketika para imam mengatakan mereka ingin membantu kami membangun gereja," kata seorang warga Kristen, Faryad Masih.
"Tapi ternyata proyek pembangunannya sudah akan dimulai. Mimpi umat Kristen di sini akhirnya jadi kenyataan," katanya.
Sebelumnya, bangunan gereja terdahulu milik jemaat itu tersapu badai dan hujan deras pada musim penghujan yang lalu.
Bangunan itu langsung hancur, sebab terbuat dari tanah liat, akibat bangunan itu dibangun untuk menjadi tempat ibadah sementara.
Pada 2009, banyak gereja di Gojra dihancurkan oleh kelompok yang mengatasnamakan agama, lantaran umat yang menggunakan gereja itu disebut kaum kafir.
Sejak itu, umat Kristen setempat tak memiliki tempat ibadah, sampai harus membangun gereja dari tanah liat sebagai rumah ibadah sementara.
"Kami ingin mengatakan pada dunia bahwa Pakistan bukan negara ekstremis, tapi negara yang warganya percaya akan toleransi dan harmoni beragama," ucap Ejaz. (Daily Pakistan/Independent)