TRIBUNNEWS.COM - Amerika Serikat akhirnya buka suara setelah Ankara mengancam akan perangi AS jika tidak mengekstradisi terduga otak upaya kudeta di Turki, Fethullah Gulen (75).
Menteri Luar Negeri AS John Kerry, Sabtu (16/7/2016), mengatakan, AS akan membantu Turki menyelidiki upaya kudeta yang akhirnya digagalkan loyalis Presiden Recep Tayyip Erdogan.
Kerry, seperti dilaporkan Agence France-Presse (AFP), juga mengundang Ankara untuk berbagi bukti-bukti yang dimiliki, yang dapat mengarah kepada kebenaran tudingan bawah Gulen, ulama oposisi yang kini menetap di AS, terlibat upaya kudeta.
Turki, Sabtu (16/7/2016), mengancam akan berperang dengan Amerika Serikat jika tidak mengekstradisi Gulen, yang dituding mendalangi upaya kudeta.
Ancaman itu dilakukan setelah Presiden Recep Tayyip Erdogan kembali menegakkan kekuasaanya setelah penangkapan 1.440 tentara yang diduga terlibat upaya kudeta.
Berbicara di Luxembourg, Kerry mengatakan, Washington belum menerima tawaran ekstradisi formal untuk ulama tersebut.
Namun, Kerry juga menambakan, “Kami sepenuhnya mengantisipasi bahwa akan ada pertanyaan yang diajukan tentang Gulen”.
Situs berita Daily Express mengabarkan, Perdana Menteri Binali Yildirim, telah menegaskan bahwa Turki menganggap negaranya berperang dengan negara yang melindungi ulama Fethullah Gulen.
"Setiap negara yang melindungi Fethullah Gulen akan menjadi musuh bagi Turki," kata Yildirin sebagaimana dirilis media Inggris tersebut, Sabtu ini.
Berdasarkan laporan AFP, Gulen adalah seorang ‘pengkhotbah tertutup’ yang menetap di Pocono Mountains (Poconos), Negara Bagian Pennsylvania, AS.
Kerry yang berbicara dengan Menteri Luar Negeri Mevlut Cavusoglu melalui telepon, Jumat (15/7/2016), mengatakan, "Kami belum menerima permintaan apapun terkait Gulen”.
"Kami mengundang pemerintah Turki, seperti yang selalu kami lakukan, untuk menunjukkan bukti sah dan AS akan menerimanya, memeriksa, dan membuat penilaian tentang hal itu dengan tepat,” katanya Kerry.
Berdiri di samping Menteri Luar Negeri Luksemburg, Jean Asselborn, di luar kantor kementerian negara itu, Kerry menambahkan, "Saya yakin bahwa akan ada beberapa diskusi tentang hal itu."
Dahulu Gulen adalah sekutu dekat Erdogan, tetapi keduanya berseberangan pandangan dalam beberapa tahun terakhir setelah Erdogan mencurigai gerakan pimpinan Gulen, media, kepolisian, dan kehakiman.
Gulen telah mengeluarkan pernyataan bahwa ia tidak terlibat dalam berbagai rencana kudeta atau kegiatan apapun di turki.
“Saya mengutuk dengan keras upaya kudeta militer di Turki. Pemerintah harus menang dengan melakukan proses pemilihan umum yang bebas dan adil, tanpa paksaan,” kata Gulen.
Menurut Gulen, sebagai seseorang yang telah menderita karena beberapa kudeta militer selama lima dekade terakhir, tuduhan terhadap dirinya adalah sebuah hinaan besar.
“Saya tidak pernah merencanakan itu. Saya tegas membantah tuduhan tersebut," kata ulama moderat yang memiliki banyak pengikutinya di Turki.