KUDETA militer bukan hal baru di Turki. Setidaknya ada empat kude utama yang pernah terjadi di republik yang didirikan oleh Mustafa Kemal Ataturk tersebut. Namun ada dua kali kudeta yang tidak tampak secara fisik alias kudeta senyap, yaitu pada 1971 dan 1997.
1. 1960. Kudeta pertama terjadi pada 1960 ketika terjadi ketegangan politik antara pemerintah yang dipimpin Perdana Menteri Adnan Menderes dan Presiden Celal Bayar, dengan partai oposisi dan pihak militer. Pemerintah akhirnya digulingkan. Presiden, perdana menteri, dan sejumlah anggota kabinet ditangkap. Menderes belakangan dieksekusi.
2. 1971. Memang tidak ada kudeta secara terbuka pada tahun ini. Namun periode ini memberi kontribusi kepada militer untuk melakukan campur tangan dalam pemerintahan selama sembilan tahun kemudian.
Pada saat itu Turki dilanda resesi ekonomi, nilai tukar mata uangnya anjlok, sehingga terjadi unjuk rasa di jalan-jalan. Pihak militer melakukan campur tangan, sehingga Perdana Menteri Suleyman Demirel mengundurkan diri dan menyerahkan kekuasan kepada kelompok sayap kanan.
3. 1980. Sebuah kudeta militer diumumkan di televisi pada September 1980. Pemerintah militer memberlakukan mendirikan hukum darurat militer.
Pemerintah sipil dibubarkan dan perwira tinggi Angkatan Laut Turki, Bülend Ulusu, menjadi perdana menteri selama tiga tahun, ssebelum ia digantikan oleh Turgut Ozal. Stabilitas terjaga namun ratusan ribu orang dieksekusi, disiksa, atau hilang selama periode ini.
4. 1997. Kudeta pada 1997 ini paling aneh, karena sama sekali tidak mengerahkan tentara keluar barak. Militer tak nyaman karena Partai Islam Sejahtera yang tengah berkuasa tidak kunjung membangun koalisi permanen selepas menang Pemilu 1995.
Perdana Menteri Necmettin Erbakan kemudian didatangi petinggi militer, yang memaksa agar pemerintah melakukan saran-saran mereka. Saran itu antara lain larangan berhijab, membatasi pendidikan pesantren, dan beragam kebijakan sekuler lainnya.
Erbakan dipaksa mundur pada 1998, lalu dilarang berpolitik selama lima tahun. Partainya bubar. Erdogan adalah anggota Partai Islam Sejahtera, yang kemudian ikut mendirikan Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) beberapa tahun berikutnya. (dailymail/febby mahendra)