TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON- Sejak kunjungan Presiden Xi Jinping ke Amerika Serikat (AS) pada awal 2016, China sepertinya makin gencar menjalin hubungan ekonomi dengan negara adidaya ini.
Sebagai negara dengan ekonomi terkuat kedua di dunia, para pengusahanya tentu tak segan-segan menggelontorkan dana jutaan hingga miliaran dollar untuk mengekspansi bisnis mereka ke negeri Paman Sam.
Tak heran ketika di paruh pertama 2016 ini China berhasil mencetak rekor jumlah investasinya di Amerika Serikat.
Pengusaha-pengusaha China sepertinya semakin getol melakukan ekspansi ke sampai ke seberang Samudera Pasifik.
Buktinya, total nilai investasi perusahaan-perusahaan China di Amerika Serikat berhasil mencatatkan rekor baru.
Tak tanggung-tanggung, menurut data yang dirilis Rhodium Group, nilainya mencapai US$ 18,4 miliar pada semester pertama 2016.
Sebagai perbandingan, total investasi perusahaan China di Amerika Serikat hanya sebesar US$ 6,4 miliar pada periode yang sama tahun lalu dan hanya sebesar US$ 15,3 miliar sepanjang 2015.
Artinya, nilai investasi China di Negeri Paman Sam ini meningkat sampai nyaris tiga kali lipat dibandingkan dengan paro pertama tahun lalu.
Mengutip dari Forbes, peningkatan yang luar biasa ini disebabkan oleh akuisisi perusahaan-perusahaan di sektor swasta.
Ada 55 akuisisi yang sudah selesai di berbagai bidang. Mulai dari sektor layanan, teknologi, consumer-oriented asset, dan juga greenfield project baik itu di bidang infrastruktur atau pun manufaktur.
Jumlah tersebut dipastikan akan bertambah karena perusahaan-perusahaan dari negeri tirai bambu ini belum memperlihatkan akan mengendorkan hasrat mereka berinvestasi di AS.
Rhodium Group mencatat, setidaknya ada sejumlah rencana konsolidasi dan akuisisi senilai US$ 23 miliar yang masih dalam proses.
Di antaranya penawaran senilai US$ 6 miliar konglomerat penerbangan dan jasa pengiriman China, HNA Group terhadap Ingram Micro.
Ada juga penawaran senilai US$ 6,5 miliar dari Anbang Insurance Group untuk membeli Strategic Hotels.
Ada apa di balik itu?
Potensi pelemahan dollar dalam beberapa bulan ke depan sepertinya bisa jadi salah satu penyebab semakin gencarnya ekspansi pengusaha China ke AS.
Mengutip pemberitaan Bloomberg, nilai dollar diramalkan akan turun sampai 5% dalam beberapa bulan ke depan.
Jumat lalu, nilai dollar turun 1,3% setelah Departemen Perdagangan AS mengumumkan capaian PDB tahunan mereka di kuartal II 2016 yang hanya 1,2%.
Angka tersebut tidak sampai setengah dari angka yang diproyeksikan para ekonom sebelumnya yaiu 2,5%.
Ini berarti para pengusaha dari China akan semakin leluasa dalam melakukan akuisisi perusahaan-perusahaan di AS seiring dengan pelemahan dollar.
Akuisisi- akuisisi tersebut semacam jadi safe heaven bisnis mereka di tengah situasi ekonomi global yang masih spekulatif.
Selain itu, investasi yang jorjoran ini juga dipandang sejumlah pihak sebagai respon pengusaha atas ketidakpastian nilai mata uang mereka sekaligus proyeksi keadaan ekonomi dan politik di China yang tidak begitu baik.
Sebabnya, analis Thilo Hanemann dan Cassie Gao menyatakan lebih dari 80% dari investasi China di AS pada paro pertama 2015 merupakan investasi strategis.
Artinya banyak perusahaan China melakukan investasi di AS bukan sekadar untuk mendapatkan keuntungan lebih, tetapi juga untuk mengamankan posisi bisnis mereka jika suatu waktu pasar di China mengalami gejolak.
Sejumlah akuisisi terbesar yang dilakukan perusahaan-perusahaan China antara lain akuisisi Genera Electric oleh Haier senilai US$ 5,6 miliar, dan akuisisi Legendary Entertaiment oleh Dalian Wanda senilai US$ 3,5 miliar.
Selain itu, juga ada akuisisi Omnivision Teknologi oleh kongsi sejumlah perusahaan swasta China senilai US$ 1,9 miliar, dan akuisisi perusahaan air-bag Key Safety System oleh Ningbo Joyson Electric Group senilai US$ 920 juta.
Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang