TRIBUNNEWS.COM, JENEWA -- Perserikatan Bangsa -Bangsa (PBB) menuding kelompok militan ISIS menggunakan penduduk di kota Mosul di Irak utara sebagai tameng guna menghindari serangan oleh pasukan pemerintah.
Kantor Komisi Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia mengumumkan hari Jumat (21/10/2016) bahwa pihaknya telah memastikan informasi bahwa kelompok IS memaksa sekitar 550 keluarga untuk pindah ke Mosul dari dua desa di dekatnya.
Kantor itu juga mengutip laporan bahwa sedikitnya 40 warga sipil tewas oleh kelompok itu di satu desa di luar Mosul.
Pasukan Irak dan Kurdi melakukan serangan besar guna mengambil alih Mosul dari kelompok militan IS. Militer Irak menguasai sejumlah kota dan desa di dekatnya dan terus mendekati kelompok tersebut di kota Mosul.
Sementara itu kelompok militan ini hari Jumat (21/10/2016) juga menyerang sebuah pembangkit listrik dan bangunan-bangunan pemerintah di kota Kirkuk di utara. Sedikitnya 30 orang termasuk warga sipil dan pasukan keamanan dilaporkan tewas.
Meningkat kekhawatiran kelompok militan ISIS mungkin akan meningkatkan serangan-serangan teroris di wilayah perkotaan lainnya guna mengalihkan sumber daya yang ada dari upaya penyerangan terhadap Mosul.
Komisaris senior Urusan HAM PBB Zeid Ra'ad Seid Al-Hussein kemarin mengatakan, tentara pemerintah Irak pada tanggal 17 bulan ini melancarkan Perang Mosul.
Selama itu pula ISIS menculik sejumlah warga di luar kota Mosul sebagai sandera dan oknum bersenjata ISIS juga menembak mati setidaknya 40 penduduk sipil dan menggertak penduduk yang mencoba melarikan diri.
Hussein menunjukkan, ISIS sejak menduduki Mosul pada tahun 2014 melakukan kelaliman seperti penganiayaan dan pembantaian dan penduduk setempat berada dalam kondisi berbahaya.
Ia menghimbau agar pemerintah Irak dengan lebih baik melindungi penduduk sipil dalam pertempuran untuk merebut kembali Mosul. (NHK/CRI)