Dalam kesempatan itu Teguh juga mendorong agar masyarakat internasional mendesak Aljazair menerima UNHCR.
Sejak pertengahan 1970an, Aljazair menampung kelompok separatis Maroko, Polisario, yang mengklaim kemerdekaan Sahara Barat.
Di puncak ketegangan Perang Dingin pada era 1960an dan 1970an kedua kubu yang bertikai, Blok Timur yang dipimpin Uni Soviet dan Blok Barat yang dipimpin Amerika Serikat berusaha untuk memperluas setidaknya mempertahankan pengaruh mereka di banyak kawasan, termasuk di Afrika.
Kala itu, sebut Teguh, Blok Timur menjadikan Polisario sebagai alat politik untuk menggerogoti pengaruh Blok Barat di Afrika Utara.
Namun setelah Perang Dingin berakhir, isu ini sudah tidak relevan lagi bagi masyarakat internasional.
Tetapi dari perkembangan yang ada di lapangan hingga kini, kelihatannya bagi Aljazair masih penting untuk mempertahankan eksistensi Polisario di Kamp Tindouf.
Aljazair membuat kamp itu tertutup dari jangkauan masyarakat internasional walaupun ini akan semakin mempersulit kehidupan pengungsi. (*)