TRIBUNNEWS.COM, BEIJING - Kebutuhan akan uang dalam jumlah besar kerap mendorong seseorang untuk melakukan hal-hal yang belum pernah terpikirkan sebelumnya.
Hal itulah yang dilakukan Xu, seorang gadis berusia 19 tahun asal provinsi Yunnan, China. Dia belum lama ini mencoba menjual keperawanannya demi biaya pengobatan kakak laki-lakinya yang menderita leukemia.
Rasa putus asa Xu untuk mendapatkan uang membuatnya nekat naik ke dalam kereta api bawah tanah di kota Hangzhou sambil membawa sebuah papan yang sudah ditulisi.
Isi tulisan itu intinya adalah dia bersedia memberikan keperawanannya kepada siapa saja yang mau membayarnya sebesar 200.000 yuan atau hampir Rp 390 juta.
Untuk mendukung niatnya itu, dalam papan yang sama, Xu mengatakan, dia memiliki sertifikat dari rumah sakit untuk membuktikan keperawanannya.
Dalam papan itu, Xu menjelaskan, kakak laki-lakinya didiagnosa menderita leukemia tiga tahun lalu.
Sebenarnya kakak Xu bisa menjalani operasi sumsum tulang belakang, karena ternyata sumsum tulang belakang Xu identik dengan milik kakaknya.
Namun, sang kakak pernah mengalami masalah dengan pencangkokan sumsum tulang belakang, sehingga untuk sementara dia harus menjalani perawatan intensif.
Perawatan ini tentu membutuhkan biaya, sementara kedua orangtua Xu sudah kehabisan uang untuk membayar biaya pengobatan putra mereka.
Sayangya, aksi Xu di atas kereta api itu kurang menarik perhatian penumpang. Satu-satunya yang tertarik adalah petugas keamanan yang kemudian membawanya ke kantor polisi.
Di kantor polisi Xu menjelaskan masalah yang membelitnya dan dia mengaku baru tiba di Hangzhou untuk mengumpulkan dana bagi kakaknya yang sakit itu.
Polisi menjelaskan kepada Xu, meski niatnya untuk membantu kakaknya sangat baik tetapi dia melakukannya dengan cara yang salah.
Kepada polisi Xu mengaku, cara yang ditempuhnya memang salah, tetapi dia terpaksa melakukan itu karena tak punya jalan lain.
Para jurnalis berhasil menemukan rumah sakit tempat kakak Xu dirawat. Pria itu sangat kurus dan lemah, serta tubuhnya dipenuhi bercak-bercak kehitaman.
Para dokter membenarkan, kondisi pria itu semakin memburuk , kuku tangannya sudah mulai lepas, dia tak bisa lagi mengeluarkan air mata, dan terjangkit beberapa penyakit lainnya.
Pria itu membenarkan bahwa dia adalah kakak Xu dan menambahkan, dia masih memiliki dua adik perempuan.
"Saya tak bisa membebankan biaya perawatan ini ke asuransi kesehatan saya. Saya pikir dia (Xu) mendengarnya dan pergi ke Hangzhou. Betapa bodohnya dia," kata pria itu.
Pria itu merasa sedih karena dia kini menjadi beban keluarga dan sekarang ingin pulang ke rumah sehingga adiknya bisa kembali bersekolah.(Ervan Hardoko)