TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Meningkatnya penyerangan bersenjata yang terjadi di Aleppo dalam sepekan terakhir menimbulkan gelombang pengungsian besar-besaran.
Sebagian besar wilayah kota yang dihuni lebih 150 ribu orang ini menjadi sasaran mortir dan tembakan pasukan bersenjata pemerintah Suriah.
Akibat serangan ini wilayah kota dan pemukiman hancur, ribuan warga meninggal dunia, sementara jumlah korban luka-luka jauh lebih besar.
Menyikapi kondisi yang semakin memprihatinkan ini, pada Sabtu (17/12), lembaga kemanusiaan nasional PKPU mengirimkan tim ke wilayah perbatasan untuk menyambut pengungsi di Hatay, Turki yang merupakan daerah perbatasan langsung dengan Suriah.
Agung Notowiguno, selaku Presiden Direktur PKPU menyatakan, relawan yang terlibat akan bergabung dengan beberapa lembaga kemanusiaan internasional asal Turki yaitu IHH dan lainnya serta lembaga PBB yang saat ini sudah berada di wilayah perbatasan.
“Sebagian besar fasilitas publik seperti rumah sakit, sarana air bersih dan jaringan listrik di Aleppo hancur menambah daftar penderitaan penduduk yang masih bertahan. Di sisi lain pasokan bantuan darurat berhenti karena jalur distribusi terputus," kata Agung dalam keterangan pers, Minggu (18/12/2016).
Relawan PKPU akan bertugas selama masa-masa darurat sepanjang gelombang pengungsian terus mengalir dengan melayani para pelintas batas sejak di pintu keluar.
Prioritas pelayanan bantuan ditujukan kepada kelompok rentan khususnya wanita dan anak-anak.
Bantuan yang disalurkan diantaranya makanan, pelayanan kesehatan, selimut dan tempat penampungan untuk mengurangi dampak yang lebih buruk akibat cuaca lokal yang menghadapi musim dingin.
Seperti diketahui, sejak terjadinya konflik yang melanda Suriah pada tahun 2012 lalu, PKPU telah menyalurkan bantuan kepada pengungsi di beberapa wilayah penampungan termasuk yang terkini adalah pembangunan pondok Yatim di kota Rayhanle Propinsi Hatay.
Kota ini menjadi tujuan pengungsi Suriah yang melintas wilayah yang berbatasan langsung dengan Turki.