TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Duta Besar Rusia untuk Indonesia mengaku tidak begitu khawatir atas terorisme yang tengah marak di Indonesia.
Padahal, belum lama ini Kedutaan Besar Rusia untuk Indonesia jadi sasaran demo warga, yang menyalahkan Rusia atas situasi di Aleppo, Suriah.
Duta Besar Rusia untuk Indonesia Mikhail Galuzin menyebut aksi "Gema 212" pekan lalu tak mewakili pemerintah dan mayoritas warga Indonesia.
Karenanya, Mikhail Galuzin pun tidak khawatir demo seperti itu akan berujung ancaman berbau terorisme, seperti yang terjadi di Turki.
"Menurut saya aksi demo itu hanya dilakukan oleh sebagian kecil masyarakat Indonesia yang bisa dibilang radikal," kata Mikhail Galuzin, di Jakarta, Rabu (21/12/2016).
"Saya yakin mayoritas Indonesia tidak seperti itu dan aksi tersebut tidak mewakili sikap mereka, maupun Pemerintah Indonesia," tambahnya.
Ia juga menekankan bahwa kematian Duta Besar Rusia untuk Turki Andrey Karlov tidak akan menghentikan upaya Rusia dalam melawan terorisme.
Bahkan, menurut Mikhail Galuzin, serangan itu hanya akan membuat Rusia semakin terdorong untuk melawan terorisme di seluruh dunia.
Insiden penembakan terjadi di sela sebuah gelaran pameran foto yang dihadiri oleh Duta Besar Rusia untuk Turki Andrey Karlov, Senin (19/12/2016).
Kejadian tersebut kemudian menewaskan Andrey Karlov, yang saat itu tengah menyampaikan pidatonya di hadapan pengunjung pameran tersebut.
Pelakunya diketahui merupakan seorang polisi Turki, yang setelah melakukan aksinya sempat meneriakkan beberapa hal terkait Suriah.