TRIBUNNEWS.COM, SANAA - Hidup di wilayah konflik memang jauh dari kata mudah. Mereka yang selamat dari pertempuran harus menghadapi pahitnya kehidupan sejak usia dini.
Seolah tak ada pilihan lain, anak-anak dari wilayah konflik di Yaman terpaksa berhenti sekolah. Tak lagi memiliki orang tua membuat mereka harus mengumpulkan uang sendiri.
Salah satu caranya dengan menjadi pengemis di jalanan.
Setiap hari mereka mengumpulkan uang sekitar Rp 40 ribu yang digunakan untuk membeli makanan dan susu.
Selain kehilangan orang tua, PBB mencatat, sebanyak 2,2 juta anak kekurangan gizi.
Sekitar 1.400 anak tewas dalam peperangan.
Konflik berkepanjangan antara kubu pemerintah dengan kelompok Pemberontak Houthi juga menyebabkan kelangkaan bahan pokok.
Nilai mata uang pun anjlok, setelah Presiden Abd-Rabbo Mansour Hadi memindahkan pemerintahan sementara, dari Kota Sana'a ke Kota Aden.