TRIBUNNEWS.COM - Langkah Tiongkok merangkul e-commerce atau perdagangan elektronik kini meluas ke bidang makanan.
Para penjual online di negara itu bersaing merangkul konsumen yang mulai berpaling dari supermarket konvensional.
Nilai penjualan barang-barang secara online di Tiongkok lebih besar dari gabungan Uni Eropa dan Amerika Serikat. Dan makin meluasnya pemakaian ponsel pintar membuat belanja online makin mudah.
Berikut kisah lengkapnya seperti yang dilansir dari Program Asia Calling produksi Kantor Berita Radio (KBR).
“Nama saya Eric Li dari Yiguo, sebuah perusahaan e-commerce. Kami adalah perusahaan e-commerce terbesar untuk makanan segar di Tiongkok.”
Eric Li adalah Wakil Presiden Yiguo. Dia menghabiskan banyak waktu untuk meyakinkan pemasok makanan segar untuk menjual barang-barang mereka di situs web-nya.
Dia berbincang dengan saya dalam perjalanannya bertemu delegasi eksportir daging asing yang sedang berkunjung ke Tiongkok.
“Pesanan konsumen akan makanan segar sangat tergantung pada kondisi keuangan saat ini. Menurut saya kami punya nilai tambah ketimbang pedagang tradisional dalam hal kesegaran, keamanan dan harga yang sangat kompetitif,” jelas Eric Li.
Eksportir makanan internasional bisa melihat persaingan di antara penjual online Tiongkok seperti Tmall.com dan Yihaodian.com.
Sigmund Bjorgo adalah wakil Tiongkok di Dewan Seafood Norwegia dan dikenal sebagai ahli pemasaran makanan segar di Tiongkok.
“Ini adalah pasar penjual karena semua platform membutuhkan produk internasional, pembeli lebih mendorong ketimbang penjual. Para pembeli memesan lebih banyak makanan impor. Dan perusahaan seperti Jindong, Yihaodian dan Tmall ingin tampil menjadi yang paling profesional, sukses dan berlingkup internasional,” tutur Sigmund.
Jadi mengapa e-commerce begitu besar di Tiongkok?
Saya bertanya pada Robin Wang yang mendirikan kantor konsultan pemasaran di Shanghai bernama SMH Internasional. Mereka menangani penjualan dan pemasaran online makanan asal negara-negara Barat di Tiongkok.
Wang sedang sibuk mengawasi promosi untuk Tahun Baru Cina yang jatuh pada akhir Januari ini.
“Tren ini sangat populer di kalangan pekerja kantoran di Tiongkok. Tiongkok bahkan menduduki peringkat satu negara penggunakan e-commerce dan melampaui Amerika Serikat,” kata Robin Wang.
“Ini karena gaya hidup masyarakat sudah berubah dimana orang yang sangat sibuk tidak punya waktu lagi untuk belanja ke supermarket. Mereka kini bisa belanja menggunakan ponsel pintar. Hanya dengan menekan beberapa tombol, belanjaan bisa langsung sampai di rumah Anda.”
Tapi Sigmund Bjorgo mengatakan e-commerce tidak selalu cocok untuk produk pangan yang mudah rusak di Tiongkok.
“Masalah terbesar adalah titik terakhir dari gudang dan sebelum ke tangan konsumen. Diantaranya adalah pengemasan yang butuh waktu dan pengontrolan suhu makanan bila konsumen tidak di rumah. Ini adalah titik paling lemah. Anda bisa mengontrol segala sesuatu hingga mencapai titik terakhir tapi sebagai pemilik merk, Anda tidak bisa mengontrol tujuan terakhir,” kata Sigmund
Meski ada beberapa kekhawatiran, seperti pemalsuan barang asing, tetap banyak yang optimistis.
Robin Wang memprediksi e-commerse di Tiongkok akan bertambah besar.
“Konsumen Tiongkok menerima hal-hal baru dengan cepat. Itu berkat platform Alibaba, Yihaodian dan JD yang membuat banyak promosi untuk meningkatkan penjualan dan membuat mereka lebih dikenal. Sementara itu banyak konsumen yang makin tahu manfaat belanja online, yaitu lebih murah, cepat dan hemat waktu,” yakin Robin Wang.
Menyambut Tahun Baru Cina, warga Beijing dan seluruh Tiongkok, sibuk berbelanja kebutuhan mereka. Tapi bedanya tahun ini banyak transaksi terjadi secara online.
Warga Beijing bernama Shan Shan adalah generasi baru konsumen Tiongkok.
Ketimbang pergi ke pasar, dia membeli semua makanan untuk perayaan tahun baru Cina secara online. Akuntan berusia 25 tahun ini suka mencoba makanan impor.
“Itu pilihan yang bagus karena lebih nyaman dan kualitasnya lebih baik. Dan Anda bisa mendapatkan produk khusus, seperti bahan makanan khusus,” katanya.
Penulis: Mark Godfrey/Sumber: Kantor Berita Radio (KBR)