Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Perkawinan sesama jenis LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender) telah dapat dilakukan di Shibuya Tokyo Jepang sejak 5 November 2015 dapat sertifikat menikah dari Pemda Shibuya, walaupun belum diakui secara hukum nasional Japang.
Namun di masa depan LGBT pasti akan diakui pemerintah Jepang sedikitnya menurut CEO Letibee Co.Ltd Jepang , Yurika Enomoto.
"Memang tidak mudah untuk bisa diakui oleh pemerintah Jepang walaupun sertifikat kawin telah dikeluarkan pemda Shibuya. Masyarakat harus berjuang dan harus menerima dulu adanya kalangan LGBT di tengah masyarakat. Lalu perlahan mendesak pemerintah Jepang untuk pengakuan, barulah mungkin secara hukum bisa diterima. Saya yakin suatu waktu nanti akan diterima secara hukum di Jepang," tekan Enomoto khusus kepada Tribunnews.com Rabu ini (1/3/2017).
Baca: Pasangan Sesama Jenis dapat Sertifikat Kawin di Jepang
http://www.tribunnews.com/internasional/2015/11/05/pasangan-sesama-jenis-dapat-sertifikat-kawin-di-jepang
Perlu waktu perlahan-lahan untuk kalangan LGBT untuk bisa diterima masyarakat dan pemerintah Jepang karena karakter budaya Jepang yang memang masih tertutup untuk masalah LGBT tersebut, ungkapnya lagi, meskipun diyakini suatu saat bisa diterima nantinya.
Lalu bagaimana bagi yang menentang LGBT karena dianggap malah tidak menambah anak di tengah berkurangnya populasi Jepang saat ini?
"Saya rasa tidak ada kaitan LGBT dengan berkurangnya anak di Jepang. Malah menurut saya orang yang berpikiran demikian menentang LGBT seharusnya berpikir ulang pada dirinya, pasti ada alasan lain dia mengatakan demikian menentang LGBT, bukan karena urusan anak berkurang di Jepang," jawabnya.
Enomoto juga balik mempertanyakan apakah dengan mendapat pasangan lelaki, menjamin bisa punya anak dan bahagia, paparnya.
"Yang penting bagi saya adalah kita harus bisa hidup dengan pasangan yang membuat kita bahagia bersama. Jadi bukan alasan harus kawin dengan lelaki bagi saya."
Kegiatan perusahaannya saat ini diakuinya memang masih dilakukan domestik dalam negeri Jepang, tetapi di masa depan Letibee dimungkinkan juga untuk berbisnis ke luar Jepang.
"Misalnya saja pengetahuan yang kita miliki ditularkan ke negara yang butuh bantuan dan bisa menjadikan bisnis, bukan tidak mungkin menjajaki bisnis ke luar negeri pula, misalnya ke Bali Indonesia," jelasnya.
Dari kerjasama dengan Wedding Planner di Jepang, misalnya menurutnya, bisa saja kemudian perusahaanya merencanakan pembguatan kegiatan perkawinan atau pesta perkawinan di Bali Indonesia.
"Hal itu tak menutup kemungkinan karena Bali juga bagus untuk masa bulan madu, setelah pesta menikah di Bali lalu sekaligus berbulan madu di Bali tentunya, dan semua itu dapat direncanakan dan dikordinasi bersama dari Jepang," ungkapnya lagi.