TRIBUNNEWS.COM - Negara bagian utara Punjab di India terkenal sebagai ‘lumbung India’. Tapi dalam beberapa tahun terakhir, kesuburan negara bagian itu tidak hanya dalam hal tanah tapi juga penyalahgunaan narkotika.
Seiring berlangsungnya pemilihan anggota majelis pada lima negara bagian di India termasuk Punjab, masalah narkoba ini juga mendominasi kampanye politik.
Berikut kisah lengkapnya seperti yang dilansir dari Program Asia Calling produksi Kantor Berita Radio (KBR).
Dheeraj Singh, 35 tahun, tinggal di distrik Ferozpour Punjab. Beberapa tahun lalu, setiap hari, dia pergi ke gym demi menjadi atlet angkat besi profesional.
Tapi hidupnya berubah kacau saat dia kecanduan heroin. Sekarang, dia bahkan sulit mengangkat tubuhnya sendiri.
“Sebelumnya saya sangat menentang pemakaian narkoba bahkan saya membantu orang lain keluar dari kecanduannya. Tapi teman saya selalu mendorong saya untuk mencoba satu kali saja. Saya mencobanya dan jadi suka. Lalu saya coba pakai lagi beberapa kali dan akhirnya kecanduan. Begitulah ceritanya,” kisah Singh.
Setiap kali Singh mencoba untuk keluar dari kecanduan itu, dia malah terpuruk makin dalam dan utangnya terus menumpuk.
“Hanya seorang pecandu yang tahu apa yang terjadi ketika dia tidak dapat narkoba. Kondisinya jadi sangat mengerikan; mata merah berair, hidung meler dan jantung berdebar-debar. Kondisi ini bisa mendorong seseorang melakukan kejahatan bahkan membunuh untuk mendapatkan uang,” tambahnya.
Punjab merupakan daerah terkenal karena dilewati lima sungai. Tapi dalam beberapa tahun terakhir, negara bagian itu lebih dikenal banyak orang sebagai aliran sungai keenam.
“Seluruh negara bagian ditelan oleh narkoba terutama kaum mudanya. Masalah ini sangat besar sehingga seperti sungai. Karena itu semua orang di sini menyebutnya sungai keenam; sungai narkoba dan kecanduan,” kata aktivis sosial, Brij Bedi.
Menurut pemerintah, dua dari tiga rumah tangga di pedesaan Punjab setidaknya memiliki satu pecandu narkoba dalam keluarganya.
Situasi di perkotaan tidak lebih baik karena di sana narkoba lebih mudah didapat.
Situasi ini telah meninggalkan jejak panjang rasa sakit dan penderitaan.
Desa Maqoolpura di distrik Amritsar contohnya. Desa ini disebut desa janda narkoba. Setidaknya ada satu janda pencandu narkoba dari setiap 400 keluarga yang tinggal di sini.
Mandeep, 45 tahun, kehilangan suaminya akibat narkoba dan sekarang dia khawatir hal yang sama terjadi pada anak lelakinya yang juga pecandu narkoba.
Dia bahkan sudah berbulan-bulan tidak bertemu dengan sang putra.
“Apa yang bisa dilakukan seorang ibu seperti saya selain menangis dan mengutuk takdir saya. Mereka memakai narkoba dan menderita sepanjang hidupnya dan kemudian mati meninggalkan kami yang hancur dan menangis siang dan malam,” keluh Mandeep.
“Pada akhirnya perempuanlah yang menanggung semua beban itu. Saya tidak bisa mencari uang untuk menghidupi dia dan dia juga tidak mampu bekerja,” tambah Mandeep.
Sebagian besar narkoba yang beredar di Punjab berasal dari Afghanistan dan masuk ke India lewat Pakistan.
Beberapa menuduh Pakistan menggunakan narkoba sebagai bentuk perang proksi untuk mengguncang India.
Meski penjaga keamanan perbatasan cukup ketat tapi perdagangan narkoba terus berkembang.
Banyak pihak menuduh penguasa memberikan perlindungan kepada pengedar narkoba. Salah satunya Bhagwant Mann, seorang anggota parlemen dari Punjab.
“Kashmir juga berbatasan dengan Pakistan dan Rajasthan. Tapi kami belum pernah mendengar ada orang menggunakan heroin di sana. Mengapa masalah ini hanya terjadi di Punjab? Itu karena ada keterlibatan para politisi dan orang-orang di pemerintahan,” ungkap Mann.
Penggerebekan pabrik-pabrik narkoba juga menunjukkan ada masalah terkait narkoba sintetis di Punjab. Bahkan dalam beberapa kasus, polisi terlibat dalam peredaran narkoba.
Dalam waktu yang lama, pemerintah negara bagian terus menyangkal besarnya skala masalah ini.
Baru setelah muncul sebuah film Bollywood tahun lalu dan beberapa kampanye politik, masalah ini menjadi isu nasional.
Narkoba sekarang menjadi masalah utama yang banyak dibahas saat kampanye pemilihan anggota majelis di negara bagian itu.
Semua partai politik berjanji akan membasmi ancaman narkoba setelah mereka berkuasa.
Janji siapa yang dianggap pemilih lebih meyakinkan akan diketahui bulan depan saat hasil pemilu diumumkan.
Penulis: Bismillah Geelani/Sumber: Kantor Berita Radio (KBR)