TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pentolan ISIS asal Indonesia, Bahrumsyah, disebut sebagai aset berharga bagi ISIS oleh ahli terorisme.
Bahrumsyah, yang juga dikenal dengan nama Abu Muhammad Al Indonesiy, tewas dalam sebuah serangan bunuh diri, Senin (13/3/2017), di Palmyra, Suriah.
Menurut Adhe Bhakti dari Centre for Radicalism and Deradicalisation Studies, Bahrumsyah merupakan aset berharga bagi ISIS.
Hal itu dikarenakan peran Bahrumsyah dinilai penting dalam mewujudkan misi menegakkan khilafah di kawasan Asia Tenggara.
"Bahrumsyah adalah perantara penting bagi warga Indonesia yang ingin menjalin koneksi dengan ISIS di Suriah," ucap Adhe Bhakti, pada Straits Times.
Jika Bahrumsyah benar telah tewas, kata Adhe Bhakti, itu akan menjadi pukulan besar terhadap misi ISIS di Asia Tenggara.
Apalagi, Adhe Bhakti mengatakan Bahrumsyah sempat mendanai militan-militan di Indonesia dan Filipina untuk melakukan operasinya.
Bersama Bahrun Naim dan Abu Jandal, Bahrumsyah disebutkan mantan Kapolri Jenderal Polisi Badrodin Haiti pada 2016 lalu sebagai para WNI yang berposisi cukup tinggi di hierarki kelompok ISIS di Suriah.
"Jika Bahrumsyah dan Abu Jandal tewas, artinya yang tersisa tinggal Bahrun Naim," kata Adhe Bhakti lagi.
Bahrumsyah dikenal sebagai komandan ISIS asal Indonesia yang berbasis di Suriah.
Sebagai pimpinan ISIS untuk pejihad Indonesia, Bahrumsyah dianggap memiliki kuasa untuk memerintahkan eksekusi serangan di Indonesia.
Sebelumnya, Bahrumsyah merupakan pemimpin dari kelompok militan Indonesia - Malaysia Katibah Nusantara, yang dibentuk 2014 lalu.
Bahrumsyah juga diketahui merupakan mantan anggota kelompok Jemaah Islamiyah (JI), yang menjadi kunci pembentuk kelompok Katibah dan ancaman bagi Asia Tenggara.
Peneliti terorisme Ridlwan Habib pernah mengatakan pada Tribunnews sekitar 2014 lalu bahwa Bahrumsyah pernah memakai nama Abu Muhammad Al Indonesia sebagai identitasnya.
Nama Bahrumsyah cukup disorot oleh media asing, yang kerap menganggap dirinya sebagai ancaman. (Straits Times)