TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Serangan teror di ibu kota Inggris, London, Kamis (23/3/2017), sejauh ini telah menewaskan lima orang, termasuk pelaku.
Insiden tersebut berawal dari aksi kebut-kebutan di Jembatan Westminster, yang dilakukan oleh seorang pengendara pria.
Pria tersebut kemudian menabrakkan kendaraannya di dekat gedung parlemen, sebelum pria itu berlari masuk ke kompleks gedung tersebut dan menikam seorang polisi.
Sebanyak lima orang tewas dalam insiden itu, yang tiga orang di antaranya adalah korban penabrakan di Jembatan Westminster.
Sedangkan, dua orang sisanya adalah pelaku yang ditembak polisi dan seorang polisi yang ditikam oleh si pelaku di dekat gedung parlemen.
Polisi yang ditikam oleh pelaku hingga tewas diketahui bernama Keith Palmer (48), yang sudah mengabdi sebagai polisi Inggris selama 15 tahun.
Kejadian tersebut menjadi serangan paling mematikan di London sejak aksi bom bunuh diri pada Juli 20115 lalu yang menewaskan 52 orang.
Polisi menyebut insiden ini sebagai serangan teroris dan Perdana Menteri Inggris Theresa May pun menyebutnya bukan insiden kecelakaan biasa.
"Teroris ini menyerang jantung ibu kota Inggris, di mana warga dari berbagai negara, agama, dan budaya bertemu untuk merayakan nilai-nilai demokrasi dan kebebasan berpendapat," ucap Theresa May.
Polisi tengah mengupayakan penyelidikan kilat atas insiden itu. (Washington Post/Reuters)