TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Kepolisian Inggris tengah menyelidiki latar belakang Khalid Masood, pelaku serangan di kawasan Istana Westminster, London yang menewaskan empat orang.
Pria berusia 52 tahun itu diketahui terlahir dengan nama Adrian Russell Ajao dan dalam perjalanan hidupnya memiliki sejumlah nama lain.
Ayah tiga anak kelahiran Kent, Inggris, itu memiliki beberapa nama alias termasuk di antaranya Adrian Elms dan pernah tinggal di sejumlah kota, termasuk Luton dan London.
Kepolisian mengumumkan nama korban keempat Leslie Rhodes (75), satu dari tiga orang yang meninggal setelah Masood menabrakkan mobilnya di jembatan dan Istana Westminster.
Di kompleks Istana Westminster meliputi juga gedung Parlemen Inggris, lembaga legislatif tertinggi yang memiliki supremasi legislatif dan kekuasaan atas semua badan politik di Inggris.
Akibat serangan Masood juga lima puluh orang luka-luka, 31 di antaranya dirawat di rumah sakit.
Rabu (22/3/2017) lalu, Masood menabrakkan mobil di tempat pejalan kaki di Jembatan Westminster dan menewaskan tiga orang sebelum menikam mati seorang polisi yang menjaga gedung parlemen. Polisi kemudian menembaknya.
Ia menggambarkan profesinya sebagai "guru" namun BBC belum dapat memastikan apakah ia pernah bekerja sebagai guru dengan kualifikasi penuh di sekolah-sekolah negeri Inggris.
Ia menyewa mobil di Birmingham utara namun tidak jelas apa yang terjadi kemudian sampai ia menabrak pejalan kaki di Jembatan Westminster.
Pada malam menjelang serangan, Masood menginap di Hotel Preston Park, Brighton, Inggris selatan.
Manajer hotel, Saveur Toumi, mengatakan ia tidak menyembunyikan identitasnya dan "bercanda serta tersenyum" sebelum keluar hotel.
Tak Masuk Radar Polisi?
Kepolisian menyatakan Masood tidak masuk dalam daftar mereka yang saat ini diselidiki dan tidak ada informasi intelijen terkait rencananya melakukan serangan teror.
Namun ia diketahui polisi dipidanakan terkait berbagai serangan termasuk melukai orang dan memiliki senjata serta melanggar ketertiban umum.
Pidana kriminal pertama Masood saat ia berusia 19 tahun pada November 1983.
Dalam salah satu insiden pada 2003, ia dituduh menikam seorang pria di hidung dan menyebabkan pria itu memerlukan bedah plastik.
Sekalipun tidak masuk radar polisi, namun Masood pernah diendus MI5 (Dinas Intelijen Militer, Bagian 5) Inggris karena kasus-kasus kejahatan.
Kepribadian Ganda
Para tetangga Masood mengatakan ia memiliki kepribadian ganda dan dia dapat berubah segera bila membicarakan tentang agama.
Seorang warga, Anna Goras, mengatakan kepada The Sun, "Wajahnya akan berubah seketika dan matanya terlihat keras dan jahat ... ia sering berbicara tentang bagaimana orang Inggris membesarkan anak dan mengirim anak ke sekolah dengan standar buruk."
Kelompok ISIS?
Kelompok yang menamakan diri sebagai Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) mengklaim bahwa Masood adalah salah seorang "prajurit mereka," dalam pernyataan yang dikeluarkan kantor berita organisasi itu, Amaq, Kamis (23/3/2017).
Dalam 18 bulan terakhir, ISIS memang telah beberapa kali mengancam akan menyerang Inggris.
Dalam video propaganda setelah mengklaim bertanggung jawab atas serangan Paris, Perancis, pada November 2015, dan teror di Brussels, Belgia pada Maret 2016, organisasi teroris paling kejam itu menyebut Inggris sebagai sasaran berikutnya.
Ia Bertindak Sendiri?
Polisi tengah menyelidiki tentang mereka yang terkait dengan Masood dan tempat-tempat yang pernah dikunjunginya.
Masood tidak pernah didakwa terkait terorisme.
Dalam pernyataan di depan para anggota perlemen, Perdana Menteri Theresa May mengatakan pelaku lahir di Inggris dan "beberapa tahun lalu" ia pernah "diselidiki terkait kecurigaan kekerasan ektremisme."
"Kasus ini historik - ia bukan bagian dari cakupan intelijen. Tidak ada laporan intelijen terkait tujuan atau rencananya," kata May.
Pejabat kepolisian Mark Rowley mengatakan, "Kemungkinan ada orang yang memiliki keprihatinan terhadap Masood namun tak enak mengungkapkan karena sejumlah alasan, tapi mereka dapat memberitahu kami."
Rowley juga mengatakan keamanan di gedung parlemen akan dikaji ulang dan akan diubah bila perlu.
Komentar di Media Sosial
Dari sekitar 80 juta kicauan terkait Khalid Masood, unggahan Nathan Lean, penulis buku The islamophobia Industry, termasuk yang paling banyak mendapat tanggapan.
"Disayangkan, setelah serangan #parlemen, sejumlah orang meneriakkan "MUSLIM!" dan bukan mengungkapkan duka atau berupaya memahami," tulis Lean.
"Bila Anda bukan Khalid Masood, Anda TIDAK bertanggung jawab atas serangan di Parlemen, London," kicaunya lagi.
Pihak kepolisian Inggris tidak menyebut agama pelaku namun hanya menyebutkan berdarah "Asia."
Sejumlah tanggapan terkait kicauan Lean termasuk yang menyebutnya "Anda sedikit Naif (atau sedikit bodoh) untuk tidak menyebutkan ini bukan serangan teror Islamis."
"Dan apa kemungkinan lainnya? Lihat realita," tulis netizen lain.
Tagar #WeAreNotAfraid (kami tidak takut) dan juga London is open (London terbuka) banyak kicauan menyusul serangan terparah di London dalam 12 tahun ini.