Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Tiap hari memproduksi sekitar 3000 kulit monaka (kue tradisional Jepang yang manis) untuk umumnya daerah Kanto (Tokyo dan sekitarnya), 90%, meskipun ada pula pesanan dari daerah lain seluruh tempat di Jepang.
"Hari ini mungkin paling sedikit 3000 kulit. Minggu saja libur. Paling sibuk bulan Desember karena penutupan tahun dan persiapan tahun baru," papar Ryuhei Marui (35) generasi ketiga Marui Shoten khusus kepada Tribunnews.com Rabu ini (5/4/2017).
Satu kulit monaka dijual biasanya 28 yen berarti produksi 3000 buah per hari dengan penghasilan skeitar 84.000 yen per hari atau sekitar Rp.10 Juta per hari. Berarti penghasilan sekitar Rp250 juta per bulan.
"Ya cukup saja penghasilan untuk makan sehari-hari bagi keluarga ya," papar Tsuneo Marui CEO Marui Shoten, ayah Ryuhei.
Tentu saja apabila banyak pesanan dari toko kue monaka, harganya bisa lebih murah lagi, di samping juga desain atau bentuk kulit monaka juga berbeda atau pesanan khusus sesuai keinginan sang pemilik toko.
"Kalau bentuk kulit monaka pesanan khusus dari toko tertentu, maka hanya boleh toko tersebut saja yang menjualnya, kita tak bisa menjualnya," jelas Tsuneo.
Namun kalau buatan sendiri tentu siapa pun boleh saja membelinya dan terutama dijual di tokonya.
Bekerja tiap hari biasanya antara jam 9 sampai dnegan jam 13.00 membuat kulit tersebut lalu menjualnya di tokonya yang ada di depan ruangan pembuatan kulit monaka.
"Kalau Desember yang sangat penuh pesanan biasanya bisa sampai tiga kali lipat ya sekitar 10 jam kerja membuat kulit monaka ini dan kita membuatnya berdua anak, Ryuhei," tambah Tsuneo lagi.
Memang berat kerjanya saat itu, tapi apa boleh buat, tekannya lagi karena pesanan sangat banyak harus membuat sekitar 10.000 kulit monaka per harinya. Artinya di bulan Desember penghasilannya bisa mencapai sekitar Rp.750 juta per bulan dari dari pembuatan kulit monaka.
"Sekarang sih enak ya masih dingin, musim semi, tapi nanti kalau musim panas di jepang, wah, luar biasa jadinya panas ruangan ini. Lalu saat itu pasti keringatan dan kita hanya pakai kipas angin saja, AC tidak akan mempan. Kalau AC ya toko penjualan yang di depan saja pakai AC buat tamu," papar Ryuhei mengenai panas ruangan pembuatan kulit monaka itu lagi.
Lalu apa yang paling sulit dalam pembuatan kulit monaka?
"Pemotongan bahan mochi sebelum dimasukkan ke plat cetak untuk dibakar itu yang paling sulit. Bentuk atau ukuran atau beratnya pun harus sama, tidak boleh beda-beda. Karena kita sudah melakukan sekitar 67 tahun ya sudah terbiasa dalam pemotongan mochi tersebut sehingga bisa berimbang dan sama selalu," ungkap Ryohei lagi.
Mochi pun dibuat sendiri dari tepung gantum yang dibelinya dari pihak pembuat tepung. Tribunnews.com melihat kantong tepung berasal dari sebuah produsen di perfektur Niigata daerah pinggiran laut Jepang.
"Selama ini tak pernah ada klaim atau keluhan dari tamu atau pembeli atau pemesan. Olehkarena itu saat mengirimkan pesanan juga kita paking, bungkus baik-baik sekali sehingga tetap aman dan baik tidak sampai pecah atau rusak karena kulit monaka ini sangat tipis memang, sangat garing," jelas Ryuhei lagi yang selalu melakukan pengiriman berdos-dos tiap hari memasok kepada toko pesanannya.