News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Reporter Jepang Buktikan Bangsa Korowai Irian Jaya Bukan Pemakan Manusia

Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Reporter Jepang wanita diberikan makanan dan mencicipi ulat pohon sagu dari orang suku bangsa Korowai Papua Irian Jaya.

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Reporter wanita Jepang dari NTV sengaja datang ke Irian Jaya melihat suku bangsa Korowai (Kolufo) di tenggara Papua Barat, yang berada di dekat perbatasan Papua Newguinea, untuk membuktikan bangsa tersebut bukan pemakan manusia seperti diberitakan selama ini.

"Apa benar suku bangsa Korowai di dalam sana pemakan manusia?" tanya reporter tersebut kepada seorang penjaga warung tampak bukan dari Irian Jaya.

"Iya saya dengar sih begitu," jawab lelaki penjaga warung tersebut dan reporter Jepang tampak semakin ketakutan.

Perjalanan ketempat terisolasi tersebut termasuk jalan kaki dari kota besar Jayapura memakan waktu sedikitnya 9 jam, benar-benar melalui rimba hutan yang lebat diperlihatkan dalam acara NTV kemarin (2/5/2017) malam selama satu jam antara jam 21.00-22.00.

Mayoritas klan Korowai tinggal di rumah pohon tinggi (sekitar 24 meter) di wilayah terisolasi mereka.

Sejak tahun 1980 beberapa telah pindah ke desa-desa yang baru dibuka dari Yaniruma di bank Becking Sungai (area Kombai-Korowai), Mu, dan Mbasman (Korowai-Citak area).

Pada tahun 1987, sebuah desa dibuka di Manggel, di Yafufla (1988), Mabul di tepi Sungai Eilanden (1989), dan Khaiflambolüp (1998).

Tingkat absensi desa masih tinggi, karena relatif jauh jarak antara pemukiman dan sagu sebagai sumber makanan.

Sesampai di kampung klan Korowai reporter Jepang menyempatkan naik ke puncak rumah yang tingginya 24 meter tersebut dan menemukan beberapa tulang.

"Apakah itu tulang manusia?" tanyanya.

"Bukan, itu tulang binatang seperti babi, anjing dan sebagainya," jawab seorang klan Korowai bernama Marko.

"Lalu apakah bangsa ini memakan manusia," tanya reporter Jepang itu lagi ingin tahu.

"Dulu sekali memang demikian tetapi tidak lagi sekarang dan sudah dilarang oleh pemerintah," jawab Marko lagi.

Lalu darimana sumber makanan mereka?

Ternyata dari hutan menangkap binatang, babi hutan, ikan, tumbuhan Sagu, termasuk makan ulat pohon Sagu yang juga dicicipi sang reporter Jepang wanita itu.

"Agak keras ya kulitnya, tetapi setelah dimakan, wah rasanya fruity enak juga ya," ungkap sang reporter wanita Jepang tersebut.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini