Pemberontak Suriah Masuki Kota Aleppo, Militer Tutup Bandara, Rusia Janji Bantuan Tiba dalam 72 Jam
Rekaman pada hari sebelumnya menunjukkan pemberontak menyusup ke kota dan merebut posisi-posisi strategis.
Penulis: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, ALEPPO - Otoritas Suriah menutup Bandar Udara Aleppo dan semua jalan masuk ke kota tersebut setelah pemberontak yang menentang Presiden Bashar al-Assad dilaporkan telah mencapai pusat kota Aleppo.
Informasi ini disampaikan oleh tiga sumber militer kepada Reuters, Jumat malam waktu setempat (30/11/2024).
Diusir dari Aleppo timur pada bulan Desember 2016 setelah berbulan-bulan mengalami pengeboman, serangan darat, dan pengepungan yang intens, pasukan anti-Assad menyerbu melalui Provinsi Aleppo barat dan memasuki kota tersebut.
Video dan foto mendokumentasikan para pemberontak di situs-situs bersejarah seperti Benteng Aleppo abad ke-12.
Istana Gubernur, Gedung Kota, markas polisi, dan gedung-gedung dinas intelijen negara juga telah diduduki.
Rekaman pada hari sebelumnya menunjukkan pemberontak menyusup ke kota dan merebut posisi-posisi strategis.
Pemberontak yang dipimpin oleh kelompok militan Islam, Hayat Tahrir al-Sham, melancarkan serangan mendadak ke kota-kota yang dikuasai pemerintah dalam beberapa hari terakhir.
Mustafa Abdul Jaber, komandan di brigade pemberontak Jaish al-Izza, menyatakan bahwa kemajuan cepat mereka didorong oleh kurangnya dukungan dari pasukan yang didukung Iran di provinsi Aleppo.
Rusia janjikan dukungan
Rusia, sebagai salah satu sekutu utama Assad, telah menjanjikan bantuan militer tambahan untuk membantu pemerintah Suriah menghadapi pemberontak.
Dua sumber militer mengungkapkan bahwa peralatan baru akan mulai tiba dalam waktu 72 jam ke depan.
Sementara itu, tentara Suriah telah diperintahkan untuk mengikuti instruksi penarikan dari area utama yang telah dimasuki oleh pemberontak.
David Carden, Wakil Koordinator Kemanusiaan Regional PBB untuk Krisis Suriah, mengungkapkan keprihatinan mendalam terhadap situasi yang berkembang di barat laut Suriah.
Dalam tiga hari terakhir, serangan yang terus-menerus telah mengakibatkan kematian setidaknya 27 warga sipil, termasuk anak-anak berusia delapan tahun.