"Gagasan menambahkan inteligensia buatan ke dalam boneka seks berarti ada sesuatu yang salah. Inteligensia buatan dalam mesin cuci saya lebih baik ketimbang inteligensia buatan dalam boneka ini. Hanya karena dia punya wajah dan tubuh, bukan berarti dia manusia," kata Richardson.
Sementara itu, Dr Kate Devlin, seorang dosen senior di Universitas Goldsmiths, memiliki pandangan berbeda.
"Dalam bentuk mereka saat ini, robot seks jelas mengarah kepada pria. Namun industri mainan seks tengah berkembang dan ada banyak perusahaan perintis yang mengupayakan mainan seks untuk perempuan," ujarnya.
Menurut Devlin, robot yang dirancang untuk berhubungan intim, pada akhirnya akan meningkatkan kualitas hubungan antarmanusia.
"Selalu ada kepanikan ketika terjadi perubahan teknologi yang dramatis. Orang-orang panik karena menduga boneka itu akan berdampak pada manusia, tapi teknologi pada umumnya akan menyatukan manusia."(Ervan Hardoko/BBC Indonesia)