TRIBUNNEWS.COM - Berakhirnya sanksi ekonomi atas Iran yang bersedia mengerem program nuklirnya berimbas kepada bisnis angkutan udara yang kini bisa bernapas lega, dan malah berlari kencang.
Tidak hanya rute penerbangan internasional yang diperhatikan, penerbangan antar wilayah di dalam negeri pun direvitalisasi, dengan pemesanan 20 unit pesawat turboprop ATR 72-600 oleh maskapai Iran Air.
Pesawat komuter turboprop ini memang merajai pasar pesawat di kelasnya dengan konsumen dari maskapai penerbangan yang tersebar di seluruh dunia.
Dua hari yang lalu, pabrikan ATR menyerahkan empat unit ATR 72-600 pertama di pabriknya di Tolouse, yang dihadiri oleh Deputi Menteri Pekerjaan Umum Iran Asghar Fakhrieh-Kashan dan CEO Iran Air, Farhad Parvaresh.
Dalam sambutannya, Direktur Utama Iran Air mengatakan bahwa, “Armada baru ATR 72-600 kami menunjukkan tekad kami untuk menyediakan generasi pesawat terbaru kepada pelanggan, memastikan kenyamanan, keandalan, dan kekompetitifan.”
Walaupun kontraknya ditandatangani belakangan dan mungkin luput dari pemberitaan karena tertutupi mega deal Airbus dan Boeing dengan Iran yang membeli 180 unit pesawat dari dua pabrikan raksasa tersebut, penyerahan ATR 72 justru akan dilakukan lebih cepat oleh ATR.
Sebanyak 4 pesawat diserahkan sekaligus pada upacara penyerahan kali ini.
Dengan kontrak yang baru ditandatangani pada April, ATR berkomitmen untuk menyerahkan 9 unit ATR 72 pesanan maskapai Iran Air pada 2017, dan sisanya 11 unit pada 2018.
Apabila Iran Air puas, opsi 20 pesawat lain bisa saja diwujudkan, membawa total pesanan menjadi 40 ATR 72-600.
Empat unit ATR 72-600 yang dicat dengan warna putih glossy dan dilengkapi tulisan Iran Air dan bendera Iran itu langsung diterbangkan secara ferry dari Perancis dengan stopover di Athena.
Penerbangan dilakukan sendiri oleh pilot-pilot maskapai yang sudah dilatih di Perancis. Setibanya di Iran, keempat pesawat ini disambut upacara meriah dan langsung siap ditugaskan melayani rute-rute pendek.