TRIBUNNEWS.COM, FILIPINA - Sebanyak 103 orang dikabarkan tewas akibat aksi penyerbuan ISIS di Filipina, yang tingkat keparahannya ditandai pengibaran bendera ISIS di Marawi, Filipina.
Meningkatnya korban jiwa di Marawi semakin mengkhawatirkan, seraya militan ISIS mencoba untuk menguasai kota di Pulau Mindanao itu.
Sebelumnya, Minggu (28/5/2017), diketahui 19 orang warga sipil tewas dalam konflik senjata antara militan ISIS dan pasukan keamanan pemerintah.
Di antara yang meninggal termasuk tiga perempuan dan seorang anak.
Baca: JK: Bahayanya Daerah Perbatasan, Diburu di Indonesia Lari ke Filipina
Polisi juga dikatakan sempat menemukan delapan buruh di pinggiran kota tersebut, yang beberapa di antaranya telah ditembak pada bagian kepala.
Terdapat tulisan "munafik" pada satu dari jenazah para buruh yang ditemukan itu dan polisi mengatakan para buruh itu dibunuh lantaran tak bisa mengutip ayat kitab suci.
Kematian yang sudah beredar di penjuru kota itu juga ditandai beredarnya bendera hitam ISIS yang sudah dikibarkan di penjuru Marawi.
"Dikibarkan di setiap sudut kota," kata seorang warga setempat, Chico Usman.
Kota Marawi menjadi sasaran sejumlah pria bersenjata dari kelompok pemberontak bernama Maute.
Maute diketahui sebagai kelompok yang didukung oleh ISIS, yang dianggap radikal karena didirikan oleh tokoh-tokoh Front Pembebasan Rakyat Moro (MILF).
Baca: Penjelasan Kemenlu tentang Kabar 11 WNI Terlibat ISIS di Marawi Filipina
Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana mengatakan konflik mematikan terjadi setelah otoritas setempat menggerebek sebuah rumah tempat seorang pemimpin kelompok Abu Sayyaf sekaligus pemimpin ISIS di Filipina bersembunyi.
Presiden Filipina Rodrigo Duterte telah memberlakukan darurat militer di seluruh daerah selatan Mindanao itu, yang menjadi rumah bagi 200 ribu orang.
Juru Bicara Kepresidenan Ernesto Abella mengatakan darurat militer akan berlaku kurang lebih hingga 60 hari, namun Duterte mengatakan bisa saja diberlakukan hingga setahun ke depan.
Ratusan ribu warga di Marawi yang terancam nyawanya diminta oleh pemerintah setempat untuk berlindung di rumah masing-masing.
"Saya mohon kepada warga Kota Marawi agar bertahan di rumah dan langsung tiarap jika mendengar bunyi tembakan," pesan Gubernur Lanao del Sur, Mamintal Adiong Jr. (The Guardian/CNN Philippines).