TRIBUNNEWS.COM, MARAWI - Antrean para pengungsi menuju perbatasan Kota Marawi dengan Iligan mengular. Warga Marawi rela menunggu di bawah terik matahari untuk menyelamatkan diri keluar dari area konflik.
Saat ini Marawi menjadi medan pertempuran antara militer Filipina dengan milisi ISIS.
Tidak mudah untuk masuk ke dalam Kota Illigan. Para pengungsi wajib menjalani pemeriksaan ketat di pos perbatasan.
Selain pemeriksaan dokumen dan barang-barang, wajah warga sipil dicocokkan dengan gambar wajah anggota militan Maute.
Polisi tidak mau kecolongan dan mewaspadai ancaman ISIS, sehingga tidak berulah di daerah lainnya.
Milisi Maute yang berafilisi dengan ISIS terus menjadi bidikan militer Filipina.
Analis menilai darurat milter dinilai ampuh untuk mematikan keinginan kelompok garis keras mendirikan kekhalifahan ISIS di Mindanao.
Sementara itu, tempat pengungsian di Provinsi Lanao Del Norte padat dengan warga Marawi termasuk perempuan dan anak-anak.
Butuh perjuangan berat hingga mereka bisa berlindung di dalam gedung olah raga ini. Ada yang harus menyeberangi pegunungan hingga hutan selama 7 hari.
Para pengungsi berharap bisa menjalani bulan Ramadhan dengan penuh kedamaian. Setidaknya, 100 orang telah tewas sejak pertempuran antara militer Filipina dan anggota Maute pecah pada 23 Mei lalu. Sedangkan, hampir 84 ribu orang keluar dari Kota Marawi untuk menyelamatkan diri.
>