Dia menyebutkan, “Di sebuah universitas negeri, saya berjumpa dengan Hichem. Mahasiswa berusia 29 tahun ini akan menikah tahun depan. Saya bertanya sikapnya soal keperawanan tunangannya.”
"Bagi saya, itu sangat, sangat penting. Jika saya tahu dia bukan perawan setelah menikah, saya tidak akan mempercayainya lagi. Saya menganggapnya sebagai pengkhianatan. Saya tidak percaya dengan operasi hymenoplasty. Saya kira itu tidak bisa menggantikan," kata Hichem.
Duduk di sebelah Hichem, seorang mahasiswa bernama Radhouam. Dia menilai tradisi Tunisia terlalu keji untuk kaum perempuan.
"Bagi saya, itu murni kemunafikan. Para pemuda bisa berhubungan seks dengan bebas sebelum menikah. Lalu mengapa kita menyalahkan perempuan muda ketika mereka melakukan hal yang sama?" (Pascal S Bin Saju/BBC Indonesia)
Berita Ini Telah Dipublikasikan di Kompas.com, dengan judul: Kisah Perempuan Tunisia Mengembalikan Keperawanan