Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Krisis Qatar ternyata bukan hanya berdampak pada blokade darat, tetapi udara pun sudah dirasakan dampaknya bagi perusahaan penerbangan internasional.
"Kalau dulu kita naik pesawat dari Doha Qatar ke Dubai hanya satu jam. Tetapi kini ternyata sampai lima jam. Baru saja belum lama ini kita lakukan. Jadi agak memutar untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan, sehingga jadi jauh," kata Hiroyuki Takai, President Sumitomo Corporation Global Research Co.Ltd, Selasa (4/7/2017).
Menurutnya krisis Qatar berbeda dengan krisis perang di Timur Tengah di masa lalu, sampai muncul perang, sehingga harga minyak jadi meningkat tinggi.
"Saya optimis krisis Qatar ini akan cepat berakhir dan tidak akan banyak berpengaruh kepada harga minyak. Spekulan pun tidak terlihat sehingga harga masih seperti biasa baik minyak mentah maupun LNG yang banyak sekali diproduksi Qatar," tambahnya.
Selain itu Takai juga menceritakan, walaupun diblokasi Qatar tak berkekurangan apa pun. Misalnya kebutuhan susu yang besar dari Qatar ternyata dengan mengimpor 4.000 ekor sapi dari Amerika Serikat.
"Negara ini banyak duit kaya raya sehingga untuk memproduksi susu mereka khusus mengimpor sapi dari AS untuk diperah diambil susunya sehingga persediaan susu sangat besar di Qatar. Persediaan makan minum sehari-hari sangat banyak di sana dan bahkan murah meskipun produk impor," kata dia.
Meskipun demikian Takai melihat jika krisis ini berkepanjangan apalagi sudah melibatkan militer mungkin dampaknya akan berbeda nantinya.
"Dampak yang kecil ini pun karena stok minyak dunia termasuk LNG sangat berlebihan saat ini," katanya.
Sedangkan pertemuan G20 dalam waktu dekat ini diperkirakan akan dibantu negara lain pihak ketiga, pemecahan masalah krisis Qatar dengan negara Saudi Arabia dan sekitarnya.
"Jadi saya rasa tak akan lama akan kembali pulih lagi dan selesailah krisis Qatar ini," tambahnya.