TRIBUNNEWS.COM, MANILA - Kematian seorang wali kota di Filipina atas kasus narkoba diharapkan jadi peringatan bagi wali kota lain.
Kepolisian Filipina berharap tewasnya Parojinog dan istrinya menjadi pesan bagi wali kota lain yang terlibat kasus narkoba untuk bekerjasama dengan kepolisian ketika akan ditindaklanjut.
Wali Kota Ozamiz Reynaldo Parojinog ditembak mati oleh Kepolisian Filipina, Minggu (30/7/2017), usai diduga terlibat kasus narkoba.
Parojinog dan istrinya tewas ditembak dalam rangkaian operasi penggerebekan anti-narkoba di selatan Filipina.
Dengan demikian, Parojinog menjadi wali kota ketiga yang dibunuh dalam operasi anti-narkoba yang digagas Presiden Filipina Rodrigo Duterte.
Simpang Susun Semanggi, Ahok Memulai, Djarot Menyelesaikan dan akan Diresmikan Jokowi https://t.co/KsX0hVbsQg via @tribunnews
— TRIBUNnews.com (@tribunnews) July 31, 2017
Menurut Direktur Satuan Penyelidikan dan Investigasi Kriminal Filipina (CIDG) Roel Obusan, kepolisian tidak ada maksud untuk membunuh Parojinog dalam operasi tersebut.
Namun, lantaran polisi yang hendak menangkapnya disambut tembakan oleh pasukan pengamanan wali kota, baku tembak terjadi dan menewaskannya.
Kepolisian pun mengimbau agar wali kota dan pejabat lain yang terlibat kasus narkoba bekerjasama dengan polisi ketika dijemput.
"Kami sebenarnya bermaksud untuk mengadili mereka dan meminta keterangan dari mereka hidup-hidup," jelas Obusan.
"Tapi, kami malah ditembaki sebelum bisa memasuki tempat tinggal sang wali kota," lanjutnya.
Selain itu, Kepala Kepolisian Nasional Filipina (PNP) Jenderal Ronald dela Rosa juga menegaskan agar tidak ada lagi wali kota atau pejabat pemerintahan yang terlibat kasus narkoba.
Selain Parojinog, baku tembak juga menewaskan istrinya, enam kerabat, serta anggota pasukan pengamanannya.
Putri Parojinog, Wakil Wali Kota Ozamiz Nova Echaves, ditangkap.
Parojinog merupakan satu dari 160 lebih pejabat pemerintahan yang Duterte umumkan secara publik terlibat dalam kasus narkoba.
Selain narkoba, Parojinog juga sempat tersandung kasus korupsi, meski keterlibatan atas keduanya telah ia bantah.
November 2016 lalu, polisi Filipina menembak mati Wali Kota Albuera Rolando Espinosa dalam sebuah penjara di Leyte.
Seminggu sebelum itu, Wali Kota Saudi Ampatuan Samsudin Dimaukom juga ditembak mati dalam sebuah baku tembak di pos pemeriksaan polisi setelah ia dicurigai menyelundupkan obat-obatan ilegal.
Sedangkan, sudah ada sekitar tiga ribu orang yang tewas dalam operasi anti-narkoba di Filipina, di era pemerintahan Duterte ini. (Rappler/Aljazeera)