TRIBUNNEWS.COM, ZAMBOANGA - Seorang komandan kelompok ekstrimis Abu Sayyaf tewas di tangan pasukan marinir Filipina yang tengah melakukan penculikan dan serangan terhadap kapal-kapal asing.
Kejadian terjadi ketika pasukan marinir Filipina yang berpatroli di perairan pulau Jolo, sekitar 1.000 kilometer selatan Manila, pada Sabtu (12/8/2017).
"Militer berhadapan saling baku tembak dengan para pejuang Abu Sayyaf yang saat itu naik perahu kayu," kata petinggi militer Filipina Brigjen Cirilito Sobejana dilansir Aljazeera, Minggu (13/8/2017).
Menurut Sobejana, Komandan Satgas anti-terorisme Filipina, kelompok yang dipimpin Badong Muktadil, seorang komandan Abu Sayyaf ingin melancarkan aksi penculikan, pembunuhan dan serangan terhadap kapal asing di perbatasan Maritim dengan Malaysia, Sabtu (12/8/2017) malam.
Sobejana menjelaskan baku tembak dengan kelompok Muktadil terjadi di Desa Silangkan di kota Parang sekitar tengah malam setelah penduduk setempat melaporkan kehadiran militan.
Jasad Muktadil telah dibawa ke rumah sakit di kota Jolo.
"Kematian komandan Abu Sayyaf kerugian besar untuk kelompok bersenjata," kata Sobejana.
"Tewasnya Badong adalah kemunduran besar pada kelompok Abu Sayyaf, terutama pada kegiatan penculikan dan aksi terorisme," ujar Sobejana seperti dikutip Aljazeera dalam laporan berita lokal Filipina.
Dijelaskan kelompok Abu Sayyaf dibawah komando Muktadil berada di balik kejadian penculikan enam awak kapal dari kapal kargo berbendera Vietnam pada bulan Februari lalu dan menewaskan satu anggota awaknya.
Kelompok Muktadil juga ada di balik penculikan wisatawan Taiwan yang suaminya telah mereka membunuh di resort Malaysia pada November 2013.
"Surat perintah penangkapan pada Muktadil dan kelompoknya terkait kasus penculikan, penahanan ilegal dan pembunuhan," tambah Sobejana.
Kelompok ini diyakini memegang sekitar 20 sandera, termasuk 14 orang asing, di Pulau Jolo dan dekat provinsi Basilan.
Abu Sayyaf dituduh bersekutu dengan ISIS.
Sedangakn Isnilon Hapilon, pemimpin utama Abu Sayyaf--diidentifikasi telah berjanji setia dengan ISIS, bersama para pejuangnya tengah dibombardir pasukan pemerintah di kota Marawi sejak 23 Mei. (Aljazeera/Anadolu Agency)