Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Kelompok mafia Jepang (yakuza) pecahan Yamaguchigumi tanggal 27 Agustus 2015, Kobe Yamaguchigumi (KY) ternyata juga tidak memuaskan kalangan internalnya sehingga pecah lagi menjadi Ningkyo Yamaguchigumi (NY) tanggal 30 April 2017.
"Perubahan cukup banyak selama 2 tahun terakhir ini sejak KY pecah atau dikeluarkan dari yamaguchigumi terutama 13 pemimpin (kelompok) nya saat itu," ungkap sumber Tribunnews.com, Senin (28/8/2017).
Perpecahan tersebut membuat Yamaguchigumi kelompok yakuza terbesar Jepang semakin mengecil jumlah anggotanya sekitar 5.100 orang yang semula sebelum pecah lebih dari 10.000 orang.
Lalu KY dengan anggota sekitar 2.600 orang dan NY dengan anggota sekitar 600 orang.
"Jumlah yang semakin mengecil ini menimbulkan berbagai pola pikir, berbagai kekurangan mengakibatkan para anggota yakuza semakin belajar kalau mau survive di masyarakat," tambah sumber itu lagi.
"Itulah sebabnya ada benkyokai, atau study grup untuk mempelajari UU Jepang baik UU Anti Yakuza maupun UU Anti Konspirasi yang baru yang mendapat protes keras dari kalangan yakuza.
"Kami ini bukan kalangan teroris, baca saja UU Anti Yakuza yang ada," ungkap seorang pimpinan Yakuza memprotes UU Anti Konspirasi yang menyatukan Yakuza dan kelompok teroris.
Dengan menyatukan teroris dan yakuza, polisi dengan mudah menangkap yakuza yang tidak berbuat apa-apa, tapi hanya bertemu saja.
Apabila pertemuan itu terbukti melakukan konspirasi mau melakukan kejahatan, polisi sudah punya hak untuk menangkap yakuza dengan menggunakan UU Anti Konspirasi tersebut.
Baca: Kelompok Yakuza Jepang Ninkyo Yamaguchigumi Ungkap Kekesalannya Terhadap Kobe Yamaguchigumi
Para anggota yakuza kini mulai banyak belajar agar tidak mudah tertangkap polisi.
Disamping kelemahan mereka di bidang uang seperti komplain dilakukan pimpinan NY dalam jumpa persnya kemarin terhadap pimpinan KY yang dianggap seenaknya saja pakai uang organisasi, para pimpinan yakuza memprotes diri mereka disamakan dengan teroris.
"Kelompok yakuza itu resmi terdaftar jelas semua datanya di kepolisian, sampai nama-nama anggota kita terbawah pun tercatat dan diketahui pihak polisi. Sedangkan kelompok teroris sangat tidak jelas dan arahnya juga politik, tidak sama dengan tujuan atau arah kegiatan dari yakuza yang intinya mencari uang. Jadi sangat berbeda. Mengapa kita disamakan dengan teroris?" ungkap pimpinan yakuza itu.
Dua tahun setelah pecahnya Yamaguchigumi, membuat banyak perubahan di dalam organisasi yakuza di Jepang. Tidak sedikit yang mengeluarkan diri.
Sedangkan anak muda Jepang juga mulai enggan bergabung ke dalam yakuza, berdiri sendiri dalam kelompok yang biasa disebut Hangure (bukan nama kelompok), seperti kelompok geng motor dan sebagainya.
Keengganan anak muda Jepang tak mau bergabung ke Yakuza karena dianggap semakin sulit cari uang di dalam yakuza dan citranya juga semakin pudar.
Sementara di dalam kalangan yakuza juga masih terjadi perang antargeng akibat perpecahan tersebut.
Sampai saat ini sejak 27 Agustus 2015 sudah ada lebih dari 100 kasus bentrokan antargeng, saling tembak (19 kasus), merusak markas geng pakai truk (6 kasus), pelemparan bom molotov (11 kasus) dan sebagainya, mengakibatkan sedikitnya 5 orang meninggal akibat perang antar geng tersebut.
Sedikitnya 385 orang ditangkap.
Meskipun demikian jumlah kasus yakuza kini jauh lebih sedikit ketimbang tahun 2010 yang mencapai sedikitnya 1071 orang Yakuza ditangkap selama setahun.
Kini hanya sekitar 600 kasus penangkapan per tahun melibatkan kejahatan oleh anggota yakuza.
Terjadi penurunan terus menerus kasus yakuza setiap tahunnya sejak 2010.
Info lengkap yakuza dapat dibaca di www.yakuza.in.