TRIBUNNEWS.COM, BEIJING - Guncangan setara dengan 3,5 magnitudo dirasakan di wilayah Korea Utara, dan China, Sabtu (23/9/2017).
Lokasi getaran itu berada dekat dengan tempat uji coba bom hidrogen yang dilakukan Korut beberapa waktu lalu.
Kondisi itu lalu memunculkan kecurigaan, rejim Kim Jong Un kembali membuat ulah dengan melakukan uji coba senjata nuklir.
Baca: Ketika Mahasiswa Tes Polwan Sebut Sila Pancasila
Namun setelah itu, Pusat Jaringan Gempa Bumi China (CAS) mengeluarkan pernyataan tertulis yang menyebut berdasarkan studi data infrasonik terungkap, guncangan itu bukan akibat uji coba nuklir.
Ternyata, seperti diberitakan AFP, guncangan itu disebut berasal dari gempa bumi alami.
Akademi Ilmu Pengetahuan China juga merilis sebuah laporan yang mengatakan, gempa tersebut kemungkinan adalah gempa yang "tertinggal".
Artinya, hal itu memperkuat hipotesis para ahli internasional yang menyatakan gempa tersebut merupakan dampak tertunda dari peledakan sebelumnya.
Baca: Tsamara Amany Beberkan Alasan Berani Debat Fahri Hamzah
Uji coba nuklir terakhir Korut, pada tanggal 3 September adalah yang paling kuat di negara itu, yang memicu gempa berkekuatan 6,3 magnitudo, hingga terasa di China.
Kelompok pemantau memperkirakan uji coba nuklir tersebut memiliki hasil 250 kiloton, yaitu 16 kali ukuran bom Amerika Serikat yang menghancurkan Hiroshima pada tahun 1945.
Tes tersebut mendorong kecaman global, yang memimpin Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) untuk dengan suara bulat menerapkan sanksi baru bagi Pyonyang.
Kekuatan gempa pada hari Sabtu ini jauh lebih rendah daripada getaran yang tercatat dalam tes nuklir Korea Utara sebelumnya.
Termasuk lebih kecil dari peledakan pertamanya di tahun 2006, yang memicu gempa berkekuatan 4.1 magnitudo. (Glori K. Wadrianto)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Guncangan Gempa di Korut Diduga Tes Nuklir, Ternyata...