Tribunnews/Ruth Vania
TRIBUNNEWS.COM, MOGADISHU - Ledakan bom di Somalia dikabarkan sudah menewaskan lebih dari 300 orang dan menjadi insiden paling mematikan dalam sejarah negara tersebut.
Serangan bom truk di Mogadishu, Somalia, Sabtu (14/10/2017), sejauh ini telah menewaskan 320 orang dan mencederai ratusan orang lainnya.
Masih banyak korban yang dinyatakan hilang akibat insiden tersebut dan otoritas setempat bahkan mengatakan korban tewas kemungkinan bisa bertambah.
Baca: Prabowo Berniat Nyapres, Agung Laksono: Seharusnya Ada Regenerasi
Serangan yang dilakukan menggunakan bom yang dipasangkan ke dua truk di jantung kota Mogadishu itu dituduhkan pada Al-Shabaab, kelompok teroris setempat yang kerap berulah.
Tim penyelidik Somalia menduga serangan tersebut berdasarkan motif balas dendam, terkait operasi gabungan Somalia dan AS pada Agustus lalu yang menewaskan 10 warga sipil.
Diduga serangan tersebut merupakan upaya Al-Shabaab untuk menghimpun pemuka-pemuka suku setempat untuk melawan Pemerintah Somalia.
Presiden Somalia Mohamed Abdullahi Mohamed menyatakan tiga hari berkabung senasional untuk mengenang korban ledakan bom tersebut.
Sang presiden juga turut serta dengan ribuan warganya untuk mendonorkan darah ke rumah sakit yang menangani korban-korban ledakan bom.
Aksi demonstrasi yang diikuti ribuan warga di Somalia kemudian menyusul, yang memprotes serangan tersebut.
"Kami berdemo untuk melawan teroris yang menghabisi warga ini. Kami bersatu untuk turun ke jalan," ucap seorang warga, Halima Abdullahi, yang kehilangan enam anggota keluarganya dalam insiden ledakan bom itu.
Mogadishu kerap menjadi sasaran serangan ledakan bom dalam beberapa tahun terakhir, tapi tak pernah sampai sebesar itu.
Sejatinya, jumlah korban tewas yang sebenarnya tak akan bisa diketahui, sebab banyak yang masih dinyatakan hilang dan banyak pula jenazah yang tak bisa diidentifikasi. (Guardian/Telegraph)