TRIBUNNEWS.COM - Pasukan kepolisian Catalonia, Mossos d'Esquadra, menghadapi dilema.
Antara mematuhi pemimpin sementara yang didaulat Raja Spanyol,Mariano Rajoy, atau tetap setia kepada Carles Puigdemont, pemimpin pemerintah regional yang digulingkan Madrid.
Baca: Toserba Tokyu Shibuya Jepang Tolak Penampilan Dewi Soekarno
Kantor berita AFP, Minggu (29/10/2017), melaporkan, Rajoy telah menerapkan pemerintahan secara langsung atas wilayah semi otonom Catalonia pada Sabtu (28/10/2017).
Madrid mengambil langkah tegas setelah mayoritas anggota parlemen Catalonia mendeklarasikan kemerdekaannya dari Spanyol pada Jumat (27/10/2017).
Tak lama setelah Raja mengeluarkan keputusannya, Kementerian Dalam Negeri pun mengambil alih kekuasaan Mossos d'Esquadra yang beranggotakan sekitar 16.000 personil polisi.
"Ada banyak ketegangan. Ada banyak ketakutan dan kecemasan di seluruh pasukan, terlepas dari apakah rakyat mendukung kemerdekaan atau menentangnya - seperti dalam kasus saya," kata Vicente, seorang petugas Mossos yang menolak memberikan nama aslinya kepada AFP.
"Pasukan sangat terbelah," tambah Manel, seorang anggota Mossos yang telah lebih dari satu dekade bertugas sebagai polisi di Catalonia.
"Ada yang senang jika Madrid memerintah, tapi banyak orang lain juga khawatir." "Atmosfernya susah, ada argumen, sorakan-sorakan, situasi sangat tegang antar-rekan kerja," kata Vicente.
Selain Mossos, satu-satunya angkatan bersenjata yang berada langsung di bawah kendali pemerintah regional Catalonia sebelum diambil alih.
Sekitar 6.000 anggota polisi nasional bertugas secara permenan di Catalonia.
Pada 1 Oktober, ketika hasil referendum menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Catalonia menginginkan kemerdekaan, pasukan polisi wilayah itu pun sudah menghadapi dilema: pemerintah mana yang harus dipatuhi?
Kini dilema itu semakin tajam setelah Madrid memutuskan untuk mengendalikan secara langsung pemerintahan di Catalonia dan membubarkan struktur inti dari kekuasaan pemerintahan lokal.
Bagi pasukan polisi kawasan Catalonia yang disebut Mossos d'Esquadra, pengalaman itu memilukan secara emosional dan reaksi petugas dan komandan mereka bercampur-baur.
Pada 1 Oktober lalu, sebagian besar petugas memilih untuk tidak ikut melakukan intervensi, seperti dilaporkan Voice of America.
Namun, lainnya mematuhi perintah Madrid dan, menurut beberapa catatan, menutup tiga kali lebih banyak tempat pemungutan suara daripada polisi nasional dan Garda Sipil.
Pada Sabtu (28/10/2017), setelah pelucutan kekuasaannya oleh Rajoy, Puigdemont pun mengeluarkan seruan agar mayoritas warga Catalonia yang mendukung kemerdekaan untuk melakukan perlawanan secara damai kepada Madrid.
Situasi itu tentu saja menyulitkan petugas keamanan dalam mengambil sikap mereka: mematuhi pemerintah pusat Spanyol atau Catalonia di bawah Puigdemont yang telah dipecat Madrid?
Berita ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Dilema Polisi Catalonia: Patuhi Titah Raja atau Puigdemont