Para tunawisma, warga Jepang yang tak memiliki tempat tinggal layak rela tidur di sembarang tempat.
Mereka terlihat jelas saat lewat tengah malam tidur di pinggir trotoar.
Gunakan jaket tebal atau kantung tidur mereka tidur berkelompok di bawah jembatan rel kereta cepat.
Ryohei, seorang warga setempat menyebut mereka adalah orang-orang yang tak mau bekerja.
Dan biasanya makan dari mengais-ngais sisa makanan di sampah.
Ada juga yang mengumpulkan botol-botol plastik kemudian dijual ke tempat penampungan dan cukup untuk makan sehari-hari tapi tak mampu untuk bayar sewa tempat tinggal.
Biaya sewa rumah di Jepang sangat tinggi per bulan antara Rp 7 juta sampai Rp 10 juta.
Sedangkan gaji standar pekerja sekitar Rp 20 juta hingga Rp 25 juta.
Baca: Sang Pemeran Pria Mengaku Sengaja Sebarkan Video Mesum dengan Kekasihnya
Menurut Ryohei bila orang-orang tersebut bisa bekerja sesuai dengan kemampuan standar, untuk memenuhi kebutuhan hidup dan sewa rumah tentu masih bisa.
Ia menambahkan kalau orang-orang tersebut ada juga yang bangkrut atau sudah tak mau bekerja lagi hingga memilih untuk hidup menggelandang.
Sementara itu Hifumi Takimoto, local guide untuk media tour Suzuki menjelaskan banyaknya tunawisma di Jepang ditandai setelah adanya tsunami besar tahun 2011 lalu.
Bencana tersebut membuat banyak orang terpuruk tak memiliki rumah.
Perekonomian di Jepang juga terpengaruh tapi saat ini menurutnya perekonomian telah membaik.